Page 79 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 79

Terasa  ada  sesuatu  yang  janggal  kenapa  kami  hanya  memakai
               tutup kepala helm luar saja sehingga terasa sangat tidak nyaman.
               Beberapa teman yang mantan tentara sudah menduga bahwa akan
               ada acara perpeloncoan. Mendengar hal itu, aku membayangkan
               kalau  toh  ada  perpeloncoan  paling  seperti  waktu  di  SMA  atau
               seperti di Universitas pada umumnya.
               Upacara       dipimpin      oleh     Gubernur,       Mayjen      Soerono
               Reksodimedjo,  selaku  Irup,  dihadiri  oleh  semua  pejabat  teras
               AMN, serta isteri Gubernur selaku ibu asuh Taruna. Kami para
               Catar didampingi para Taruna senior, mulai dari Komandan Regu
               hingga Komandan Batalyon Kortar.

               Dalam  amanatnya,  Irup  menyatakan  agar  kami  bisa  segera
               menyesuaikan  diri  dan  bersiap  untuk  mengikuti  Pendidikan  dan
               Latihan. Gubernur menyatakan bahwa kami adalah Calon Prajurit
               Taruna  (CAPRATAR)  AMN  Angkatan  ke  X11  dan  diakhiri
               dengan  pernyataan  “DENGAN  INI  MASA  PRABHAKTI
               DIMULAI”.  Serta  merta  terdengar  beberapa  kali  dentuman
               dahsyat,  mungkin  bom,  disertai  rentetan  suara  tembakan  dari
               sekeliling  lapangan  upacara  dan  teriakan  untuk  tiarap  melalui
               pengeras suara, membuat kami terkejut dan panik luar biasa.
               Aku  menjadi  bingung  dan  syok  seketika,  terpana,  tergetar,  dan

               tidak  tahu  apa  yang  harus  aku  lakukan.  Aku  ikuti  saja  perintah
               yang aku dengar yang sepertinya datang dari sekelilingku. Suasana
               menjadi  sangat  kacau,  kami  berlari  lintang  pukang,  merayap,
               merangkak, berguling kesana kemari tanpa arah. Aku menerima
               bentakan, menerima perintah yang membingungkan, dan pukulan-
               pukulan  di  helm  luar  yang  bertubi-tubi  terasa  memekakkan,
               membuat kesadaranku hilang. Aku dimasukkan kedalam tong dan
               digulingkan.  Bahkan  ketika  kami    digiring  menyebrangi  sungai
               Baben di belakang komplek rasanya seperti mau ditenggelamkan.
               Suasana mencekam yang terjadi sepanjang hari itu terasa sangat
               lama. Hal tersebut menjadikan kami orang yang linglung, ngowoh,
               ngahngoh,  dan  pahpoh.  Aku  hampir  kehabisan  tenaga.  Taruna
               senior  yang  mendampingi  kami  rupanya  sudah  berpengalaman
               sehingga dalam keadaan seperti ini kami diberinya gula merah dan
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84