Page 81 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 81

yang aneh-aneh. Nama suciku adalah “JAMU”, akronim dari Janda
               Muda.  Tentu  aku  tidak  tahu  mengapa  aku  diberi  nama  suci itu,
               bisa  jadi  karena  fisikku  terlihat  kurus  dan  melankolis.  Waktu
               masuk, berat badanku 52 kg dengan tinggi 165 cm.
               Untuk  melatih  fisik,  kami  harus  terus  bergerak  sepanjang  hari.
               Tidak  diberikan  waktu  leluasa  untuk  istirahat,  bahkan  waktu
               untuk  ibadah  pun  dibatasi.  Tidak  ada  hari  tanpa  tekanan,  siang,
               maupun malam. Bahkan tidur malam dan diruang makan pun kami
               selalu  mendapat  gangguan,  dengan  istilah  ada  “bahaya  udara”.
               Yang  mengesankan  adalah  apabila  ada  bahaya  udara  saat  kami
               sedang  makan.  Saat  para  Capratar  berlindung  di  bawah  meja
               makan,  para  Taruna  senior  mencampur  segala  macam  makanan
               dan  minuman  ke  dalam  ompreng  tempat  makan  kami.  Setelah
               suasana  aman,  Capratar  melanjutkan  makan  dengan  makanan
               gado-gado  racikan  Taruna  senior,  berupa  adukan  nasi,  sayur,
               susu, teh, kopi, sambal, pisang yang sudah dipenyet-penyet, dan
               lainnya. Anehnya, menu  itu habis juga kami santap karena kami
               selalu merasa lapar.

               Ada  kewajiban  mengumpulkan  tanda  tangan  Taruna  senior
               sebanyak banyaknya dengan ditentukan jumlah minimal dan harus
               mempunyai kakak asuh. Kakak asuhku bernama Sermatar Suhadi

               Tasir.  Sayang,  setelah  dia  lulus,  tidak  ada  lagi  komunikasiku
               dengannya hingga sekarang.
               Saat  minta  tanda  tangan  senior  itulah  biasanya  mereka
               memperlakukan  aneh-aneh  kepada  kami,  memberikan  berbagai
               pertanyaan, memberikan arahan dan petunjuk, serta menghukum
               tanpa  alasan  berupa  tindakan  disiplin  untuk  meningkatkan
               kekuatan phisik dan mental. Tidak jarang kami menerima pukulan-
               pukulan  atau  tendangan,  tanpa  boleh  menghindar  apalagi
               melawan.  Istilahnya  di”vermak”.  Sungguh  terasa  sangat  tersiksa,
               lelah,  dan  frustrasi.  Begitu  pun  apabila  salah  seorang  dari  kami
               membuat kesalahan sekecil apapun, maka satu kelompok, Regu,
               Peleton,  atau  Kompi  mendapat  hukuman  atau  tindakan  disiplin
               yang sama.
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86