Page 84 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 84
Taruna yang berindikasi sebagai kader PKI. Mereka kemudian
diamankan dan dikeluarkan. Posisinya digantikan oleh calon
cadangan. Jumlahnya mencapai sekitar 20 orang. Kepada para
pengganti ini kemudian dilakukan prabakti tersendiri dan
sebutannya adalah “monyet merah”.
Pembersihan personel atau screening itu terus dilakukan sepanjang
pendidikan berlangsung. Hal tersebut dilakukan dengan meneliti
file hingga menyelidiki dan mendatangi orang tua dan sanak
saudara Taruna yang terindikasi tersangkut. Sampai akhir
pendidikan ada beberapa orang Taruna lagi yang kemudian
dikeluarkan akibat screening.
Rupa-rupanya, situasi negara saat itu sangat genting. Kekacauan
politik ini juga menyebabkan terjadinya krisis ekonomi. Terjadi
inflasi besar-besaran. Pemerintah melakukan sanering terhadap
mata uang, yaitu seribu rupiah menjadi satu rupiah. Di dalam
kampus pun kami merasakan dampaknya. Ransum kami
mengalami penurunan kualitas sehingga banyak Taruna yang
kekurangan gizi. Sampai-sampai di ruang makan dikenal istilah
“telur silet”, “sayur kepala”, dan “makan bubur tambah nasi”.
Banyak dari kami yang menderita beri-beri. Kemudian dilakukan
perbaikan dengan menambah extra fooding, bubur kacang hijau,
susu, dan telor setiap tiga hari sekali. Kondisi ini berlangsung
hampir selama satu tahun.
Masa CALON PRAJURIT TARUNA,
Setelah prabakti usai, kegiatan dilanjutkan dengan pendidikan dan
latihan yang sesungguhnya, pendidikan dasar keprajuritan, atau
basis militer. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh kualifikasi
sebagai seorang prajurit. Selama dalam pendidikan dan latihan
tahap ini, sebutan untuk kami adalah “Calon Prajurit Taruna”,
Capratar.
Terjadi pergantian komando. Jika selama prabakti komando
dipegang Taruna senior, dibantu personil efektif, maka sejak
dimulainya pendidikan dasar militer di Chandradimuka, Komando

