Page 23 - MEDIKA 2022_Neat
P. 23
Cara mencegah anak terjangkit virus Hepatitis Akut ini
adalah dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) sebagai berikut :
A. Saluran Pencernaan
1. Rutin cuci tangan dengan sabun;
2. Pastikan makanan dalam keadaan bersih dan matang;
3. Tidak bergantian alat makan dengan orang lain;
4. Hindari kontak dengan orang sakit;
5. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
B. Saluran Pernapasan
1. Kurangi mobilitas;
2. Gunakan masker;
3. Jaga jarak dengan orang lain;
4. Hindari keramaian atau kerumunan.
Merespons kasus hepatitis akut misterius yang terjadi di seluruh dunia, maka Kemenkes melalui Dirjen Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit (P2P) mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan
terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology)
tertanggal 27 April 2022. Surat Edaran tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah Daerah,
fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, dan para
pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang tidak diketahui etiologinya.
Kemenkes meminta agar memantau dan melaporkan kasus sindrom Penyakit Kuning akut di Sistem Kewaspadaan
Dini dan Respon (SKDR), dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin
berwarna gelap yang timbul secara mendadak dan memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada
masyarakat serta upaya pencegahannya melalui penerapan PHBS. Dalam Surat Edaran tersebut, dinyatakan
bahwasanya sebagai upaya kewaspadaan dan antisipasi maka KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) diharapkan untuk :
1. Meningkatkan pengawasan terhadap penumpang dan kru, alat angkut, barang bawaan, vektor dan lingkungan
pelabuhan dan bandara, terutama yang berasal dari negara terjangkit saat ini;
2. Meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi masyarakat di sekitar wilayah pintu masuk negara (bandara,
pelabuhan dan pos lintas batas darat negara);
3. Mengkoordinasikan pelayanan kesehatan dengan Dinas Kesehatan dan rumah sakit setempat;
4. Berkoordinasi dengan Otoritas Imigrasi dalam penelusuran data ketika ditemukan kasus dari warga negara asing;
5. Berkoordinasi dengan pihak maskapai penerbangan dalam hal mendeteksi penumpang dengan sindrom jaundice;
6. Segera memberikan notifikasi apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice akut maupun menemukan kasus
sesuai definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) melalui
telepon/ WhatsApp 0877-7759-1097 atau e-mail: poskoklb@yahoo.com, dan ditembuskan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kota/Kabupaten.
Sehubungan dengan upaya kewaspadaan dan antisipasi tersebut di atas, maka berbagai upaya telah dilakukan
seiring dengan pelaksanaan kegiatan lainnya, yakni bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diantaranya melakukan
edukasi dan promosi keseshatan di pelabuhan dan bandara dengan menggandeng asosiasi perusahaan pelayaran
maupun perusahaan penerbangan untuk memberi pemahaman kepada pelaku perjalanan terkait informasi hepatitis
anak dan cara pencegahannya.
Deteksi dini dan melakukan respon cepat terhadap kondisi ini sangat diperlukan pada pintu masuk negara melalui
pelabuhan laut, udara maupun pos lintas batas darat. Hal ini diperkuat dengan adanya UU Karantina Kesehatan No 6
Tahun 2018 serta pemberlakuan International Health Regulation (IHR) Tahun 2005 yang membawa konsekuensi
penting kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di Indonesia guna meningkatkan core capacities dalam surveilans
dan respons serta memperhatikan pengawasan di pintu masuk.