Page 345 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 345

Geneeskundige
                                                                                                             Hoogeschool
                                                                                                             Batavia. Iklan
                                                                                                             penerimaan
                                                                                                             pendaftaran
                                                                                                             mahasiswa ketika
                                                                                                             pertama kali dibuka
 dunia militer melalui jalur Tentara Keamaan Rakyat (TKR). Latar belakang pendidikan kedokteran              tahun 1927
 membawa dirinya ditempatkan sebagai tim medis sejak keterlibatannya dalam perang mempertahankan             (Sumber:
                                                                                                             De Sumatra
 kemerdekaan. Medan perjuangannya sebagai dokter militer ini menempatkannya di Front Surabaya.               Post tanggal
                                                                                                             6 Agustus 1927)
 Ia juga ikut dalam penumpasan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun tahun 1948
 dan  penumpasan  upaya  pendirian  Republik  Maluku  Selatan  (RMS) tahun  1951. Sesudah  pengakuan
 kedaulatan hingga tahun 1955 ia ditugaskan sebagai dokter militer di Komando Militer Kota Besar
 Djakarta Raja (KMKB-DR) Divisi Siliwangi.

 Seperti disebut di atas, tahun 1955 Syarif Thayeb melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat. Berturut-
 turut ia mengecap pendidikan di Sekolah Kesehatan Harvard University di Boston (1955-1957) dan
 Pediatrics School of Medicine Temple University di California (1957-1959). Setamat dari Pediatrics
 School of Medicine ia kembali ke tanah air dan bekerja kembali di lingkungan militer. Ia diangkat sebagai
 Kepala Bank dan Laboratorium Darah Angkatan Darat di Jakarta tahun sejak 1959 hingga 1961.

 Pada  tahun  yang  sama  Syarif  Thayeb  menjabat  Kepala  Rumah  Sakit  Umum  Pusat  (RSUP) Cipto
 Mangunkusumo sekaligus dosen senior di Fakultas Kedokteran bagian Anak UI. Kariernya terus
 meroket. Pada tahun 1962 dia ditunjuk menjadi Presiden UI dan pada akhir tahun 1964, ketika Bung   ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan mereka bersekolah, apalagi bersekolah di lokasi di luar
 Karno membentuk Kabinet Dwikora, ia diangkat sebagai Menteri PTIP hingga tahun 1966.  tempat tinggal mereka; dan mereka diajak atau dipaksa membantu orang tua bekerja, dengan kata lain
               alasan ketiga ini berkait erat dengan kurangnya dukungan orang tua. Hal terakhir berhubungan dengan
 Memasuki masa transisi dari Demokrasi Terpimpin ke Orde Baru, ia terpilih sebagai Wakil Ketua   kenyataan lain yang melilit dunia pendidikan saat itu, yakni masih banyak orang dewasa yang belum
 Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) tahun 1966-1971. Setelah melepas kesibukannya   pernah mengecap pendidikan.
 di DPRGR ia ditunjuk sebagai Duta Besar untuk Amerika Serikat dan Brazil yang berkedudukan di
 Washington dari tahun 1971 sampai tahun 1974. Karier Syarif Thayeb di dunia birokrasi terus berlanjut   Salah  satu kebijakan  yang  dijalankan  Syarif  Thayeb  untuk mengatasi kekurangan sekolah  adalah
 ketika Presiden Soeharto melantiknya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) tanggal   membangun gedung-gedung sekolah baru yang didanai dengan anggaran yang dialokasikan berdasarkan
 22 Januari 1974 menggantikan Soemantri Brodjonegoro. Sejak tahun 1976 sampai 1988, setelah selesai   Intruksi Presiden (Inpres), yang dikenal dengan nama Sekolah Dasar Intruksi Presiden (SD Inpres).
 menjabat Menteri P dan K, beberapa kali ia memegang jabatan tertentu, antara lain sebagai anggota   Pembangunan gedung ini lengkap dengan mebelnya, kamar kecil, pompa air, dan sumur. Hingga dua
 Badan Pelaksana UNESCO tahun 1976-1980, Chairman of SEAMEC Conference tahun 1977-1978, dan   tahun kepemimpinan Syarif Thayeb (1976) telah dibangun 16.000 gedung dengan 96.000 ruang kelas.
 Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) tahun 1978-1983 dan 1983-1988. 4  Sesuai dengan tujuan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan gedung pendidikan, SD Inpres dibangun
               di tempat-tempat yang sebelumnya belum memiliki sekolah dan umumnya di kawasan pinggiran dan
                       6
 PEMIKIRAN UNTUK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN  pelosok.  Di samping membangun SD Inpres, pemerintah juga memberikan bantuan untuk memperbaiki
               SD Negeri dan swasta serta Madrasah Ibtidaiyah. 7
 Semasa menjabat Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan pada masa akhir Demokrasi
 Terpimpin, Syarif Thayeb menjadi salah seorang sponsor berdirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa   Masalah ekonomi yang melilit sebagian besar siswa disebabkan oleh adanya kewajiban siswa membayar
 Indonesia (KAMI). Sejak demonstrasi besar-besaran tahun 1966 ia bersuara lantang tentang kebebasan   Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). SPP dikenakan kepada seluruh peserta didik, mulai dari
 kampus.  Ia  mendefinisikan  kebebasan  akademis  adalah  kebebasan  berpendapat  serta  penyampaian   tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Masa kepemimpinan Syarif Thayeb mewarisi sistem yang secara
 ilmu pengetahuan dan teknologi baik secara lisan maupun tertulis dalam beberapa forum yang biasa   yuridis diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun 1968. Pada kenyataannya, dalam proses belajar
 berlaku di Perguruan Tinggi.  mengajar, peserta didik sesungguhnya tidak hanya membayar SPP semata, tetapi juga sejumlah biaya
               lain, seperti bahan pelajaran (buku dan alat tulis) dan biaya ekstra kurikuler. Di samping itu keadaan
 Ketika mengemban jabatan sebagai Menteri P dan K Syarif Thayeb berhadapan dengan sejumlah   ekonomi negara yang masih belum stabil pascaperalihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru juga
 persoalan mendasar dalam dunia pendidikan Indonesia. Persoalan ini terjadi pada tingkat pendidikan   membuat biaya hidup menjadi sangat tinggi.
 dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Tiga dari sejumlah persoalan itu yang langsung berhubungan
 dengan tingkat pendidikan dasar dan menengah, yakni perluasan dan pemerataan kesempatan belajar,   Syarif Thayeb menyikapi persoalan ini dengan mengeluarkan Keputusan Bersama antara Menteri P dan
 biaya pendidikan/pembebasan uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), dan mutu pendidikan.    K, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan. Tidak tanggung-tanggung, saat itu dikeluarkan tiga
 5
 Saat itu masih banyak anak usia sekolah, yakni anak umur 7 hingga 12 tahun, yang tidak sempat   Surat Keputusan sekaligus, yaitu SK Bersama No. 0257/K/1974, No. 221 tahun 1974, dan No. 1606/
 menikmati pendidikan. Kalaupun bisa bersekolah, banyak di antara mereka yang kemudian tidak   MK/1/11/1974 Tentang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Ada tiga pokok pikiran yang paling
 mampu menyelesaikan pendidikan dan terpaksa drop out ‘keluar sekolah’ sebelum memperoleh ijazah.   penting dari ketiga SK tersebut. Pertama, SPP merupakan satu-satunya sumbangan yang dibenarkan
 Menurut data yang tersedia saat itu, dari 100 siswa yang masuk kelas 1 hanya sekitar 25 % yang mampu   untuk  dipungut  oleh  sekolah  atau  perguruan  tinggi.  Kedua,  keringanan  yang  dapat  diberikan  atau
 bertahan hingga kelas 6 dan lulus. Ada banyak latar belakang yang menyebabkan pendidikan mereka   pembebasan dari kewajiban membayar SPP berdasarkan persetujuan Bupati Kepala Daerah Tingkat
 terputus; tiga di antaranya adalah kurang ketersediaan sekolah tempat belajar (kalapun ada berada di   II. Ketiga, untuk perguruan tinggi, pembebasan atau keringanan diberikan atas usul pimpinan fakultas
 tempat yang jauh dari rumah atau tempat tinggal dan akses jalan menuju sekolah sangat jelek); keadaan   berdasarkan pertimbangan senat perguruan tinggi bersangkutan. 8




 332  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  333
   340   341   342   343   344   345   346   347   348   349   350