Page 348 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 348

Perletakan
                                                                                                                                                                                                                                                                Batu Pertama
                                                                                                                                                                                                                                                                Pembangunan
                                                                                                                                                                                                                                                                Gedung Kantor
                                                                                                                                                                                                                                                                Wilayah
                                                                                                                                                                                                                                                                Departemen P&K
                                                                                                                                                                                                                                                                DKI Jakarta oleh
                                           Untuk anak-anak yang putus sekolah dan tidak mampu—atau tidak ingin bersekolah secara resmi                                                                                                                          Menteri P & K
                                                                                                                                                                                                                                                                Syarif Thayeb dan
                                           lagi—disediakan pendidikan luar sekolah, yang dilaksanakan dalam berbagai paket kursus kilat dan                                                                                                                     Gubernur Ali Sadikin
                                           pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan. Lembaga yang khusus diserahi tanggung                                                                                                                        pada tanggal 14
                                                                                                                                                                                                                                                                Desember 1976
                                           jawab menyelenggarakan pendidikan ini Pusat Pelatihan Pendidikan Masyarakat (PPLM). Tujuan utama                                                                                                                     (Sumber:
                                           pendidikan corak ini adalah memberikan berbagai keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta didik                                                                                                                      Pepustakaan
                                                                                                                                                                                                                                                                Nasional Republik
                                           untuk terjun ke tengah masyarakat. Kegiatan ini terbuka bagi setiap anggota masyarakat yang ingin                                                                                                                    Indonesia)
                                           menambah keterampilan atau kepada mereka yang belum pernah mendapat kesempatan mengenyam
                                           pendidikan formal. 10

                                           Kebijakan lain yang dijalankan Syarif Thayeb adalah penyempurnaan Kurikulum 1968 dengan Kurikulum
                                           1975, karena Kurikulum 1968 dirasa tidak mampu lagi menjawab tantangan zaman akibat berbagai
                                           perubahan yang terjadi akibatnya lajunya pembangunan nasional. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh
                                           setidaknya lima faktor utama, yakni 1) selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah timbul banyak
                                           gagasan baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional; 2) adanya kebijaksanaan pemerintah di
                                           bidang pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi “Mengejar ketinggalan
                                           di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan”; 3) adanya hasil
                                           analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen P dan K yang mendorong pemerintah
                                           meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional; 4) adanya inovasi dalam sistem belajar-mengajar yang
                                           dianggap lebih efisien dan efektif; 5) keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan.

                                           Prinsip  pelaksanaan  Kurikulum  1975  antara  lain  berorientasi pada  tujuan, menganut  pendekatan
                                           integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki makna dan peran yang menunjang pada tercapainya
                                           tujuan-tujuan  yang  lebih  integratif,  menekankan  pada  efisiensi  dan  efektivitas  dalam  hal  daya  dan
                                           waktu, serta menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
                                           Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah pada tercapainya tujuan yang spesifik
                                           dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa, dipengaruhi psikologi tingkah laku
                                           dengan  menekankan  pada  stimulus  respon  (rangsang-jawab) dan  latihan  (drill). Pembelajaran  lebih
                                           banyak menggunaan teori behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh
                                           lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.

                                           Ada sembilan mata  pelajaran  yang  ditentukan dalam  kurikulum ini, yaitu 1) Pendidikan  agama, 2)
                                           Pendidikan Moral Pancasila, 3) Bahasa Indonesia, 4) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); 5) Matematika; 6)
                                           Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); 7) Olah raga dan kesehatan; 8) Kesenian; 9) Keterampilan khusus.

                                           Untuk mendukung  pelaksanaan Kurikulum 1975 maka  pada  tahun ajaran 1975/1976 pemerintah
                                           menyiapkan (mencetak) sebanyak 318.250 buku dan untuk tahun ajaran 1977/1978 disediakan 30.000
                                           naskah dengan jumlah halaman dalam kisaran 180 halaman tiap buku.

                                           Tidak hanya dalam pendidikan dasar dan menengah (lanjutan), Syarif Thayeb juga menaruh perhatian
                                           besar bagi pendidikan tinggi. Sehubungan dengan itu, sekitar satu tahun setelah dilantik menjadi
                                           menteri, Syarif Thayeb membentuk Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di kementeriannya. Tugas
                                           pokok lembaga yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri P dan K Nomor 0140/U/1975 tanggal
                                           12 Juli 1975 ini adalah menangani dan membina bidang akademik, penelitian dan pengabdian pada
                                           masyarakat, perguruan tinggi negeri dan swasta, serta kemahasiswaan. Seperti disebut pada bagian
                                           lain buku ini, sejak tahun 1961 pengelolaan pendidikan tinggi diurus oleh suatu kementerian khusus
                                           yang dinamakan Departemen Perguruan tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Departemen PTIP). Keberadaan
                                           Departemen PTIP menyebabkan penanganan pendidikan tinggi terpisah dengan urusan pendidikan
                                           dasar dan menengah, namun memasuki tahun 1974 pengelolaan pendidikan tinggi menyatu kembali
                                           dalam Departemen P dan K dan pada tahun 1975 berdasarkan keputusan Mendikbud dibentuk secara
                                           resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti).




                             336  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  337
   343   344   345   346   347   348   349   350   351   352   353