Page 163 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 163
Sebagai contoh dari keterangan ayat di atas, bahwa
bila seseorang bersumpah tidak akan memasuki rumah
temannya dan tidak memakan segala apa yang ada di dalam
rumah tersebut sekalipun bukan makanan haram, akan
tetapi dia melanggarnya dengan masuk ke rumah tersebut
dan memakan makanan yang di dalamnya. Dengan
demikian dia melanggar sumpahnya. Kemudian ayat ini
diturunkan untuk mengeluarkan manusia dari kesulitan
tersebut, dan Allah Swt. menetapkan hukum (fari>d}ah)
untuk membebaskannya dari lilitan sumpah yang
diikrarkan yaitu dengan membayar kifa>rat 245 seperti dalam
“A’isyah bercerita,’ketika aku tahu Nabi bermalam dan
minum madu di rumah Zinab binti Jahsy, aku dan hafsah
sepakat bahwa siapa saja di antara kami berdua yang nantinya
diinapi oleh Nabi harus berkata kepada beliu,”aku mencium bau
maga>fi>r (getah pohon) tertentu yang rasanya mirip madu namun
baunya sangat menyengat darimu.apakah engkau habis
memakakannya?beliu menjawab,”tidak. Aku baru saja minum
madu di rumah Zainab binti Jahsy. Kalau begitu, aku selamnya
tidak akan mengulangi (meminumnya )lagi. Diriwayatkan oleh
>
Bukahri-Muslim. Al-Bukha>ri, shahi>hul-bukha>ri, bab kitabu-
Tala>q , hlm. 1341-1342. Hadis nomor 5267. Lihat Muchlis M.
Hanafi(ed). Asba>bun Nuzu>l: Kronologi dan Sebab Turun
Wahyu Al-Qur’an , cet. 1, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an, 2015, hlm. 449-450”.
245 Kifar>at merupakan sebuah tebusan yang harus dibayar oleh
seseorang disebabkan karena melanggar sumpah dengan
ungkapan wallahi, tallahi, wabillahi, sehingga dia
membayarnya dengan memilih salah satu diantara tiga hal,
pertama, memberikan makan sepuluh pakir miskin, kedua,
memberikan kiswah (pakaian, seperti baju, sarung, jilbab, dll),
ketiga, tahri>ru raqabah (memerdekakan budak. Lihat Wahbah
149