Page 14 - flipbook v1
P. 14
= 0,01(10 ) (10 − )
1
= 0,1 cos 135° = 0,1 (− √2) = − , √ /
2
Percepatan:
2
2
= = −(10 ) (0,005√2) = − √ /
c) Sudut fase = (10 − ) = 135°
( ) ( ) 135
Fase = = = =
2 360 360
d) Untuk menghitung beda fase, ∆ dengan persamaan (9-11) kita harus
menghitung terlebih dahulu.
10
= = = 2
5
Beda fase antara titik = 0,50 dan = 0,75
−∆ −( − )
∆ = =
−∆ −(0,75 − 0,50)
∆ = =
2
−∆
∆ = = −
2. Gelombang Stasioner (Standing Wave)
Apabila salah satu ujung tali digetarkan harmonik naik-turun, gelombang sinusoidal
akan merambat sepanjang tali. Ketika gelombang sampai pada ujung talinya,
gelombang datang ini akan dipantulkan sehingga terjadilah gelombang pantul. Dengan
demikian, pada setiap titik sepanjang tali bertemu dua gelombang , yaitu gelombang
datang dan gelombang pantul, yang keduanya memiliki amplitudo dan frekuensi yang
sama. Superposisi kedua gelombang berlawan arah inilah yang menghasilkan
gelombang stasioner. Gelombang stasioner sering disebut juga gelombang tegak atau
gelombang diam.)
Ujung tali yang tak digetarkan dapat diikat kuat pada sebuah tiang sehingga tidak
dapat bergerak ketika ujung lainnya digetarkan. Ujung itu disebut ujung tetap (ujung
terikat). Akan tetapi bila ujung yang tak digetarkan diikatkan pada suatu gelang yang
bergerak pada tiang tanpa gesekan. Ujung itu disebut ujung bebas.
a. Gelombang Stasioner Ujung Terikat dan Ujung Bebas
1) Formulasi Gelombang Stasioner Ujung Terikat (Ujung Tetap)
Ketika kita mengirimkan pulsa tranversal dari ,
setibanya pulsa di ujung tetap maka akan dipantulkan dan
dibalik. Gelombang datang bergerak ke kanan dengan
gelombang asal bergerak naik sehingga dapat dinyatakan
dengan = sin( − ). Adapun gelombang pantul
1
bergerak ke kiri dan dibalik (gelombang pantul awal
14