Page 158 - E-Modul Nurfadillah
P. 158
of wonder), meningkatkan keterampilan mengamati (encourage observa tion), melakukan
analisis (push for analysis), dan melakukan komunikasi quare communication)
Secara konsep, pembelajaran saintifik lebih mengarah pada model pendidikan humanis,
yaitu pendidikan yang memberikan ruang kepada siswa untuk berkembang sesuai potensi
kecerdasan yang dimilikinya. Siswa menjadi pusat belajar, bukan menjadi objek pembelajaran
sehingga karakter, keterampilan, dan kognisinya dapat berkembang secara lebih optimal.
Pembelajaran saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan
sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psiko- motorik), dan pengetahuan (ranah kognitif)
siswa. Melalui pendeka- tan ini, siswa diharapkan dapat menjawab rasa ingin tahunya melalui
proses yang sistematis sesuai langkah-langkah ilmiah. Dalam rangkaian proses pembelajaran
secara ilmiah ini, siswa akan menemukan makna pembelajaran yang dapat membantunya untuk
mengoptimalkan kognisi, aleksi, dan psikomotor. Jika praktik ini diterapkan di sekolah, maka
akan membentuk pembiasaan ilmiah yang berkelanjutan.
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih
mengedepankan penalararan induktif (inductive reasoning) daripada penalaran deduktif
(deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum, kemudian menarik
simpulan yang spesifik. Sementara itu, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi
spesifik, kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif
menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya
menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail, kemudian merumuskan
simpelan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik melakukan investigasi terhadap fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya. Agar dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berdasar-
kan bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
148