Page 134 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 134
Sāṁkhya Darśana didirikan oleh Mahaṛṣi Kapila Muni, ini adalah filsafat
yang paling kuno. Filsafat ini dibangun oleh Rṣi Kapila. Sebuah teks yang ditulis
oleh Ishwar Krishna disebut ‘Sānkhyakārika’ adalah sumber terpercaya prinsip
pengetahuan dalam filsafat ini. Hal ini ditulis dalam Aryan Chand (sejenis puisi
Sanskṛta kuno) dan berisi 72 Karikas (koleksi memorial ayat tentang topik filosofis)
yang menerjemahkan Sāṁkhya Siddhant (Doktrin Sāṁkhya) yang jelas dan eksplisit.
Para ahli merasa bahwa beberapa orang mungkin telah belajar menulis Sāṁkhya
Sūtra dan Sūtra Sānkhyasamās dalam nama Rṣi Kapila, karena tidak ada yang
menyebutkan bahwa dua teks tersebut ditulis pada 1500 SM. Oleh karena itu, apa
pun pengetahuan yang kita dapat dari ajaran Sāṁkhya sekarang didasarkan pada
Sāṁkhya Karikas. Ajaran Sāṁkhya merupakan filsafat yang menerima 24 Kebenaran
dari Prakṛti (Alam benda) dan 25 kebenaran Puruṣa (Jiwa).
b. Konsep Puruṣa dan Prakṛti
Seperti yang telah disinggung di atas, Sāṁkhya mempergunakan 3 sistem atau
cara mencari pengetahuan dan kebenaran, yaitu Pratyakṣa (pengamatan langsung),
Anumāṇa (penyimpulan), dan Apta Vākya (penegasan yang benar). Kata Apta artinya
‘pantas’ atau ‘benar’ yang ditunjukkan kepada wahyu-wahyu Veda atau guru-guru
yang mendapatkan wahyu. Sistem Sāṁkhya umumnya dipelajari setelah sistem
Nyāya, karena ia merupakan sistem filsafat yang hebat, di mana para filsuf barat juga
sangat mengaguminya, karena secara pasti ia menekankan pluralitas dan dualitas,
karena mengajarkan bahwa ada Puruṣa atau roh yang banyak sekali. Sāṁkhya
menyangkal bahwa suatu benda dapat dihasilkan melalui ketiadaan.
Prakṛti dan Puruṣa adalah Anādi (tanpa awal) dan Ananta (tanpa akhir;tak
terbatas). Ketidakberbedaan (Aviveka) antara keduanya merupakan penyebab adanya
kelahiran dan kematian. Perbedaan antara Prakṛti dan Puruṣa memberikan Mukti
(pembebasan). Baik Prakṛti maupun Puruṣa adalah Sat (nyata). Puruṣa bersifat
Asaṅga (tak terikat) dan merupakan kesaḍaran yang meresapi segalanya dan abadi.
Prakṛti merupakan si pelaku dan si penikmat, yang tersusun dari asas materi dan
rohani yang memiliki atau terpengaruh oleh 3 Guṇa atau sifat, yaitu Sattvam, Rājas
dan Tamas. Prakṛti artinya ‘yang mula-mula’, yang mendahului dari apa yang dibuat
dan berasal dari kata ‘Pra’ (sebelum), dan ‘Kri’ (membuat yang mirip dengan Māyā
dan Vedānta. Prakṛti merupakan sumber dari alam semesta dan ia juga disebut
Pradhāna (pokok), karena semua akibat ditemukan padanya dan juga merupakan
sumber dari segala benda.
Pradhāna dan Prakṛti adalah kekal, meresapi segalanya, tak dapat digerakkan
dan cuma satu adanya. Ia tak memiliki sebab tapi merupakan sebab dari suatu akibat.
Prakṛti hanya bergantung pada aktivitas dari unsur pokok Guṇa-nya sendiri. Ke-3
Guṇa tersebut tak pernah dan saling menunjang satu sama lainnya, serta saling
bercampur. Ia membentuk substansi Prakṛti. Akibat dari pertemuan antara Puruṣa dan
Prakṛti timbullah ketidakseimbangan tri guṇa tersebut yang menimbulkan evolusi
atau perwujudan. Prakṛti berkembang di bawah pengaruh Puruṣa. Produk awal dari
evolusi Prakṛti adalah Mahat atau Kecerdasan Utama, yang merupakan penyebab
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | 127

