Page 130 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 130

tersebut di atas riil, tetap, dan kekal. Namun hanya udara, waktu, akasa bersifat tak
                   terbatas. Kombinasi dari sembilan itulah membentuk alam semesta beserta isinya
                   menjadikan hukum-hukumnya yang berlaku terhadap semua yang ada di alam ini
                   baik bersifat fisik maupun yang bersifat rohaniah.
                      Adapun yang termasuk substansi badani (fisik) adalah bumi, air, api, udara, ruang,
                   waktu, dan akasa. Sedang yang tergolong substansi rohaniah terdiri atas akal (manas/
                   pikiran),  diri  (atman/jiwa).  Kedua  substansi  rohaniah  ini  bersifat  kekal  dan  pada
                   setiap makhluk (manusia) hanya terdapat satu jiwa dan satu manas.
                      Demikianlah  pribadi  (diri/atma)  itu  bersifat  individu  dan  menjadi  sumber
                   kesadaran setiap makhluk yang senantiasa berhubungan dengan kegiatan badani atau
                   fisik. Setiap pribadi (atma) memiliki manas tersendiri yang dipakai sebagai alat untuk
                   mengenal  dan  mengalami  segala  sesuatu  melalui  alat  fisik  termasuk  juga  dipakai
                   sebagai alat untuk mencapai kebebasan. Namun dilain pihak manas juga diakui dapat
                   menyebabkan kelahiran kembali. Oleh karena setiap makhluk (manusia) dijiwai oleh
                   pribadi (jiwa/atma). Maka pandangan Vaiśeṣika terhadap jiwa adalah riil dan pluralis,
                   yaitu jiwa itu benar-benar ada dan tak terbatas jumlahnya.
                   2)  Kualitas (guṇa)
                      Guṇa  ialah keadaan atau sifat dari suatu substansi. Guṇa sesungguhnya nyata
                   dan  terpisah  dari  benda  (substansi)  namun  tidak  dapat  dipisahkan  secara  mutlak
                   dari substansi yang diberi sifat. Guṇa  atau sifat-sifat atau ciri-ciri dari substansi
                   yang jumlahnya ada 24, yaitu (1) warna (Rūpa); (2) rasa (rasa); (3) bau (gandha);
                   (4)  sentuhan/raba  (sparśa);  (5)  jumlah  (Sāṁkhya);  (6)  ukuran  (parimāṇa);  (7)
                   keanekaragaman (pṛthaktva); (8) persekutuan (saṁyoga); (9) keterpisahan (vibhāga);
                   (10) keterpencilan (paratva); (11) kedekatan (aparatva); (12) bobot (gurutva); (13)
                   kecairan/keenceran  (dravatva);  (14)  kekentalan  (sneha);  (15)  suara  (śabda);  (16)
                   pemahaman/pengetahuan (buddhi/jñāna); (17) kesenangan (sukha); (18) penderitaan
                   (dukḥa);  (19)  kehendak  (īccha);  (20)  kebencian/keengganan  (dvesa);  (21)  usaha
                   (prayatna);  (22)  kebajikan/manfaat  (dharma);  (23)  kekurangan/cacat  (adharma);
                   dan (24) sifat pembiakan sendiri (saṁskāra). Sejumlah 8 sifat, yaitu buddhi/jñāna,
                   īccha, dvesa, sukha, dukḥa, dharma, adharma dan prayatna merupakan milik dari
                   roh, sedangkan 16 lainnya merupakan milik dari substansi material.
                   3)  Aktivitas (karma)
                      Karma  mewakili  berbagai  jenis  gerak  (movement)  yang  berhubungan  dengan
                   unsur dan kualitas, namun juga memiliki realitas mandiri. Tidak semua substansi
                   (zat) dapat bergerak. Hanya substansi yang bersifat terbatas saja dapat bergerak atau
                   mengubah tempatnya. Sedangkan substansi yang tak terbatas (atma, hawa nafsu dan
                   akasa) tidak dapat bergerak karena telah memenuhi segala yang ada.
                      Gerakan dari benda-benda di alam ini bukan bersumber dari dirinya, melainkan ada
                   sesuatu yang berkesadaran yang menjadi sumber gerakan itu. Benda-benda hanya dapat
                   menerima gerakan dari sesuatu yang berkesadaran. Bila terlihat kenyataan yang terjadi di
                   alam ini seperti adanya hembusan angin, peredaran bumi dan planet-planet, maka tentu
                   ada sumber penggerak yang adikodrati. Sumber yang adikodrati itulah Tuhan.




                                                         Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |   123
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135