Page 133 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 133

dualistik dan secara positif memisahkan hubungan yang pasti antara roh dan materi.
                 Terjadinya alam semesta menurut sistem filsafat Vaiśeṣika memiliki kesamaan dengan
                 ajaran  Nyāya  yaitu  dari  gabungan  atom-atom  catur  bhuta  (tanah,  air,  cahaya  dan
                 udara) ditambah dengan lima substansi yang bersifat universal seperti akāsa, waktu,
                 ruang, jiwa dan manas.
                   Lima substansi universal tersebut tidak memiliki atom-atom, maka itu ia tidak dapat
                 memproduksi sesuatu di dunia ini. Cara penggabungan atom-atom itu dimulai dari dua
                 atom (dvyānuka), tiga atom (Triyānuka), dan tiga atom ini saling menggabungkan diri
                 dengan cara yang bermacam-macam, maka terwujudlah alam semesta beserta isinya.
                                               Bila  gabungan  atom-atom  dalam  Catur  Bhuta
                                            ini  terlepas  satu  dengan  lainnya  maka  lenyaplah
                                            alam  beserta  isinya.  Gabungan  dan  terpisahnya
                                            gerakan atom-atom itu tidaklah dapat terjadi dengan
                                            sendirinya,  mereka  digerakkan  oleh  suatu  kekuatan
                                            yang memiliki kesaḍaran dan kemahakuasaan.
                                               Sesuatu  yang  memiliki  kesadaran  dan  kekuatan
                                            yang  maha  dahsyat  itu  menurut  Vaiśeṣika  adalah
                                            Tuhan  Yang  Maha  Esa.  Vaiśeṣika  dalam  etikanya
                                            menganjurkan  semua  orang  untuk  kelepasan.
                  Sumber: www.aryabhatt.com
                  Gambar 4.4 Rsi Kapila Muni  Kelepasan akan dapat dicapai melalui Tatwa Jnaña,
                                            Sravāna, manāna, dan Meditasi.

                 3.  Sāṁkhya Darśana
                 a.  Pendiri dan Pokok Ajarannya
                   Sāṁkhya berasal dari kata Sanskṛta ‘Sāṁkhya’ (pencacahan, perhitungan). Dalam
                 filsafat, pencacahan akurat dari kebenaran telah ditentukan. Akibatnya, filsafat ini
                 bernama ‘Sāṁkhya’. Mungkin ada alasan lain bahwa salah satu arti dari ‘Sāṁkhya’
                 adalah  musyawarah  atau  refleksi  atas  hal-hal  yang  berkaitan  dengan  kebenaran.
                 Filsafat  ini  mengandung  musyawarah  tersebut  dan  kontemplasi  atas  kebenaran.
                 Dalam persepsi filsafat, Pratyaksh (persepsi langsung melalui rasa-organ), Anumān
                 (inferensi  atau  kognisi  mengikuti  beberapa  pengetahuan  lainnya),  dan  Śhabda
                 (kesaksian verbal) adalah tiga pramānā yang diterima (sumber pengetahuan yang
                 sah atau metode mengetahui benar). Misalnya, Nyāyikās (pengikut filsafat Nyāya)
                 telah menerima empat Pramānā, para Mimāsakās (pengikut filsafats Mimāsa) telah
                 menerima enam pramānā.
                   Demikian pula, dalam filsafat Sāṁkhya, tiga Pramānā telah diterimanya. Pendiri
                 dari sistem filsafat ini adalah Mahaṛṣi Kapila Muni, yang dikatakan sebagai putra
                 Brahma dan Avatāra dari Viṣṇu. Pada sistem Sāṁkhya tak ada penyelidikan secara
                 analitik  ke  dalam  alam  semesta,  seperti  keberadaan  yang  sesungguhnya  yang
                 merupakan susunan menurut topik-topik dan kategori-kategori, namun terdapat suatu
                 sistem tiruan yang diawali dari satu Tattva atau prinsip mula-mula atau Prakṛti, yang
                 berkembang atau yang menghasilkan (prakaroti) sesuatu yang lain.



                 126  | Kelas X SMA/SMK
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138