Page 137 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 137
Kata guṇa artinya adalah kualitas atau sifat dari Prakṛti, tetapi tidak sekadar aspek
permukaan dari alam materiil ini, tapi hakikat intrinsik dari Prakṛti. Guṇa itu selalu
berubah dari dalam dirinya sendiri walaupun dalam keadaan keseimbangan, hanya
saja ia tidak menghasilkan apapun sepanjang keseimbangan tidak terganggu. Bila
keseimbangan terganggu maka guṇa dalam situasi Guṇaksobha, di mana masing-
masing guṇa beraksi satu sama lainnya yang disebabkan karena salah satu guṇa
secara dominan tampil walaupun tidak meniadakan guṇa lainnya, dalam benda-benda
material yang diam atau yang tidak bergerak maka yang dominan adalah Tamas Guṇa
dibandingkan dengan dua guṇa lainnya. Dalam sesuatu ang bergerak maka Rājas
Guṇa dominan dari pada dua guṇa lainnya.
Demikianlah guṇa itu bekerja bersama-sama dalam membentuk alam semesta ini.
Guṇa-Guṇa itu dapat dimengerti dari fakta berupa ciri-ciri dari dunia materiil ini,
baik secara eksternal maupun secara internal, baik itu berupa unsur fisik atau pikiran,
yang semuanya memiliki kemampuan dalam menghasilkan kesenangan, penderitaan
atau seimbang tidak keduanya. Suatu objek yang sama barangkali menyenangkan
seseorang tapi menyakiti bagi yang lainnya atau sama sekali tidak keduanya itu.
Seorang wanita yang cantik akan sangat menarik bagi pacarnya, tapi akan
menyakitkan wanita lainnya yang juga tertarik pada laki-laki pacar wanita cantik
itu, dan tidak ada apa-apanya bagi orang lain yang tidak terlibat ‘kecantikan’ dari
wanita itu. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dengan orang-orang lainnya di
sekitarnya, yang muncul dari guṇa yang ada pada dunia ini.
Dari contoh ini kita akan dibantu dalam memahami bagaimana asal-usul dari
semua fenomena Prakṛti yang memiliki ciri-ciri yang dapat kita temukan pada objek-
objek dunia ini. Prakṛti dan produk-produk yang dihasilkannya membutuhkan guṇa
tersebut karena Prakṛti dan produknya tidak mempunyai kekuatan untuk membedakan
dirinya dengan Puruṣa. Mereka adalah objek sedangkan Puruṣa adalah subjek.
Filsafat Sāṁkhya menyatakan bahwa keseluruhan alam semesta ini berkembang dari
Guṇa, di mana dalam keadaan ketiga Guṇa itu seimbang alami disebut Prakṛti dan
dalam keadaan tidak seimbang disebut sebagai Vikṛti, yaitu keadaan yang heterogen.
Tiga Guṇa ini oleh filsuf Sāṁkhya yang beraliran nontheistik dinyatakan
sebagai penyebab terakhir dari aktivitas dan Tamas adalah berat dan gelap, lesu
atau menutupi. Guṇa itu tidak berbentuk dan selalu ada (omnipresent) yang dalam
keadaan seimbang menyerahkan sifat-sifatnya ke dalam yang satu dengan yang
lainnya. Dalam keadaan tidak seimbang, Rājas dikatakan sebagai pusat dari Sattva
dan Tamas, yang menghasilkan penciptaan karena memanifestasikan dirinya dengan
demikian Rājas menghasilkan pasangan-pasangan yang berlawanan. Sebaliknya
Rājas juga tergantung dari Sattva dan Tamas, karena aktivitas tidak akan terjadi tanpa
adanya objek di mana ia beraktivitas.
Dalam keadaan memanifestasikan diri, salah satu guṇa mendominasi dua guṇa
lainnya, tetapi tidak pernah terjadi secara sepenuhnya terpisah atau absen satu sama
lainnya karena secara keseimbangan mereka bereaksi antara satu dengan yang
lainnya. Dengan pengaruh Rājas maka kekuatan Sattvika mengalami kecepatan
130 | Kelas X SMA/SMK

