Page 128 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 128

9)  Phala (buah perbuatan)
                      10) Duḥka (penderitaan)
                      11) Apavarga (bebas dari penderitaan)
                      Di samping oleh Rṣi Vāstsyāna yang mengomentari
                   Nyāya Sūtra dengan karyanya yang berjudul Nyāya
                   Bhāsya,  Śrikaṇṭha  menulis  Nyāya-laṇkara,  Jayanta
                   menulis   Nyāya-mañjari,   Govardhana    menulis
                   Nyāya-Bhodhini  dan  Vācaspati  Miśra  menulis
                   Nyāya-Varṭṭika-Tatparya-Tīkā.  Selain  itu  Udayana
                   juga  menulis  sebuah  buku  yang  disebut  Nyāya-
                   Kusumāñjali.
                      Seperti yang telah diketahui bahwa filsafat Nyāya
                   merupakan  dasar  dari  semua  pengantaran  ajaran
                   filsafat  Sanskṛta.  Nyāya  juga  merupakan  rangkaian
                   pendahuluan  bagi  seorang  pelajar  filsafat,  karena   Sumber: www.kamat.com
                                                                      Gambar 4.3 Rsi Kaṇāda.
                   tanpa pengetahuan tentang filsafat Nyāya, kita tidak
                   akan  dapat  memahami  Brahma  Sūtra  dari  Śri  VyāṢaḍeva,  karena  filsafat  Nyāya
                   membantu  untuk  mengembangkan  daya  penalaran  ataupun  pembantahan,  yang
                   membuat kecerdasan bertambah tajam dan lembut guṇa  pencarian filsafat Vedāntik.

                   2.  Vaiśeṣika Darśana
                   a.  Pendiri dan Sumber Ajarannya
                      Vaiśeṣika    yang  merupakan  salah  satu  aliran  filsafat  India  yang  tergolong  ke
                   dalam Ṣaḍ Darśana agaknya lebih tua dibandingkan dengan filsafat Nyāya. Vaiśeṣika
                   dan  Nyāya  Darśana  bersesuaian  dalam  prinsip  pokok  mereka,  seperti  sifat-sifat
                   dan hakikat Sang Diri dan teori atom alam semesta, dan dikatakan pula Vaiśeṣika
                   merupakan tambahan dari filsafat Nyāya, yang memiliki analisis pengalaman sebagai
                   objektif  utamanya.  Diawali  dengan  susunan  pengamatan  atas  kategori-kategori
                   (padārtha), yaitu perhitungan atau perumusan tentang sifat-sifat umum yang dapat
                   dikenakan  pada  benda-benda  yang  ada  di  alam  semesta  ini,  serta  merumuskan
                   konsep-konsep umum yang berlaku pada benda-benda yang dikenal, baik melalui
                   indra maupun melalui penyimpulan, perbandingan, dan otoritas tertinggi.
                      Sistem filsafat Vaiśeṣika mengambil nama dari kata Viśesa yang artinya kekhususan,
                   yang merupakan ciri-ciri pembeda dari benda-benda. Jadi ciri pokok permasalahan
                   yang diuraikan didalamnya adalah kekhususan (padārtha) atau kategori-kategori yang
                   nantinya akan disebutkan secara lebih terperinci. Vaiśeṣika muncul pada abad ke-4
                   SM, dengan tokohnya Rṣi Kaṇāda, yang juga dikenal sebagai Rṣi Ūluka, sehingga
                   sistem ini juga dikenal sebagai Aūlukya Darśana dan juga dengan nama Kaśyapa dan
                   dianggap seorang Deva-ṛṣi. Kata Ūluka artinya burung hantu.
                      Dalam  buku  karyanya  Vaiśeṣika-Sūtra  yang  terdiri  atas  10  bab,  Rṣi  Kaṇāda
                   menguraikan berbagai permasalahan pada setiap bab sebagai berikut:





                                                         Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |   121
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133