Page 200 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 200

Kedelapan Brata yang menjadi badannya pemimpin itu bukanlah berdiri sendiri,
                   melainkan suatu kebulatan yang tidak dapat dipisahkan. Asta Brata memberi pengaruh
                   yang besar sekali dan kewibawaan yang luhur, sehingga pemimpin itu mudah sekali
                   menggerakkan  orang/bawahannya,  untuk  bekerja  menjalankan  tugasnya  masing-
                   masing. Dewa-dewa tersebut menurut Agama Hindu merupakan personifikasi sifat-
                   sifat Hyang Widhi.
                      Jadi  Dewa  itu  bukanlah Tuhan  melainkan  sifat-sifat Tuhan.  Dilihat  dari  sudut
                   ini maka jelas nampak bahwa seorang pemimpin dalam segala tindakannya harus
                   mencerminkan kemulyaan Hyang Widhi Wasa. Penjelasan yang serupa benar dengan
                   Asta Brata menurut Ramayana di atas dijumpai pula dalam Manawa Dharmasastra
                   VII, 4 sebagai berikut:

                                              Indrānilayam ārkānām,
                                               agneśca varunasya ca
                                              Candravitteśayoś caiva,
                                               mātrā nirhrtya śāśvatih.
                                                  Terjemahan:
                    Untuk memenuhi maksud dan tujuan itu, raja harus memiliki sifat-sifat partikel yang
                      kekal dari dewa: Indra, Wayu, Yama, Surya, Agni, Waruna, Candra, dan Kuwera.
                      Menurut naskah kuno Nawa Natya, pembantu raja yaitu Patih Hamengku Bumi,
                   yang termasuk pula Kṣatriya, harus memiliki sifat-sifat utama lahir batin, yang kalau
                   disimpulkan adalah sebagai berikut:
                   a.  Maka nuni lanlaning bhumi, artinya selalu mengawasi keadaan Negara
                   b.  Hamancanagara, artinya selalu mengawasi/menguasai lima penjuru Negara
                   c.  Wruh ring sarwa bhastra, artinya tahu mengatasi kerusuhan
                   d.  Sarwagama, artinya tahu ajaran-ajaran agama
                   e.  Widagda, artinya pandai dan berpengalaman
                   f.  Wira, artinya pemberani
                   g.  Wiweka, artinya dapat membedakan mana yang benar dan yang salah
                   h.  Prajna, artinya berpengetahuan yang luas
                   i.  Pragiwaka, artinya pandai berdiplomasi
                   j.  Sarwa yuda, artinya pandai dalam hal peperangan
                   k.  Wruh ring don, artinya tahu pada tujuan
                   l.  Mwang donyakira kira, artinya dapat menyelesaikan tujuan (pekerjaan)
                   m. Sama upaya, artinya setia pada janji
                   n.  Samahita, artinya setia pada tujuan suci Negara
                      Dari seluruh uraian tersebut, maka jelas sekali bahwa yang paling berhak untuk
                   duduk di lapangan pemerintahan adalah Varna Kṣatriya. Rakyat harus menghormati
                   raja sebagai raja (pemerintah) dan sebaliknya Varna Kṣatriya itu harus memperlakukan
                   rakyat sebagai seorang bapak terhadap anaknya. Harta benda rakyat tidak boleh diisap
                   begitu saja dengan mengadakan pajak yang bukan-bukan. Pajak yang dipungut oleh
                   Varna Kṣatriya atau pemeritah harus digunakan untuk kemakmuran negara.




                                                         Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |   193
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205