Page 203 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 203

amūjā ring sang hyang tryagni sang hyang apuy tiga, pratyekenira,
                   ahawaniya,garhaspatya, citāgni. āhawanidha ngaranira apuy ning asuruhan,
                  rumateng pinangan, Garhaspatya ngaranira apuy ri winarang, apan agni saksika
                   kramaning-winarang i kālaning wiwāha,citāgni ngaranira apuy ning manunu
                    cawa, nahan ta sanghyang  tryagni ngaranira, sira ta pujan  de sang waicya,
                          ulah nira ika mangkana, ya tumekaken sira ring swarga dlaha.
                                                Terjemahan:
                      Yang patut dilakukan oleh Sang Waisya ialah ia harus belajar pada Sang
                   Brāhmaṇa maupun pada Sang Kṣatriya, dan hendaknya ia memberi kan sedekah
                      pada saatnya/waktu persedekahan tiba, pada hari yang baik, hendaklah ia
                 membagi-bagikan sedekah kepada semua orang yang meminta bantuan kepadanya
                    dan taat mengadakan pemujaan terhadap tiga api suci yang disebut Tri Agni.
                  Yaitu tiga api suci yang perinciannya adalah: Ahawania, Grehaspatya dan Citagni.
                    Ahawania artinya api tukang masak untuk memasak makanan, Grehaspatya
                     artinya api untuk upacara perkawinan, inilah api yang dipakai pada waktu
                  perkawinan sebagai api yang berfungsi sebagai saksi dalam perkawinan, Citagni
                    artinya api untuk membakar mayat itulah api yang disebut tri agni, ketiga api
                  inilah yang harus dihormati dan dipuja oleh Sang Waisya, perbuatannya itu akan
                                       mengantarkan ia kelak ke surga.

                   Keterangan  Sarasamuccaya  ini  seperti  berbeda  dengan  keterangan  pustaka-
                 pustaka  suci  Hindu  di  atas,  namun  kalau  direnungkan  lebih  mendalam  tidak  ada
                 perbedaan  yang  bersifat  prinsip.  Cuma  keterangan  Sarasamuccaya  ini  sedikit
                 menambahkan bahwa seorang Waisya dalam fungsinya sebagai pengatur ekonomi
                 tidak boleh lepas dengan prinsip agama dan prinsip spiritual. Dengan demikian dapat
                 digambarkan bahwa sistem ekonomi Hindu, adalah ekonomi yang menyejajarkan
                 antara kebutuhan jasmani dan rohani.
                   Dari seluruh keterangan di depan, maka seluruh kewajiban Varna Waisya cukup
                 jelas  yaitu  berperan  dalam  mewujudkan  kemakmuran  ekonomi.  Keterangan  ini
                 sangat  erat  hubungannya  dengan  keter angan  Chandra  Prakash  Bhambhri  bahwa
                 salah satu tugas atau lapangan Dkamuniti adalah mewujudkan kemakmuran yang
                 disebut dengan istilah Vartta. Vartta ini meliputi tiga unsur pokok yaitu: pertanian
                 (agricultural), peternakan (cattle breading), dan perdagangan (trade). Resi Kautilya
                 menyebutkan istilah Krsi, Raksya, dan Wanijyam.
                   Jadi, jika disimpulkan, tugas Varna Waisya adalah untuk kemakmu ran negara.
                 Tugas-tugas mereka terutama mengusahakan pertanian, peternakan, dan perdagangan.
                 Waisya harus mengetahui dan mengatur harga barang-barang terutama barang-barang
                 yang merupakan kebutu han pokok. Mereka harus mahir bercocok tanam, harus tahu
                 soal-soal keadaan tanah di seluruh daerah, apakah tanah itu subur atau tidak, tanaman
                 apa yang cocok untuk ditanam di masing-masing daerah. Mereka harus mahir dalam
                 seluk  beluk  timbangan  dan  barang-barang  yang  paling  banyak  mendatangkan
                 keuntungan.  Waisya  harus  mahir  dalam  bidang  peternakan.  Mereka  harus  selalu




                 196  | Kelas X SMA/SMK
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208