Page 45 - ANAK KOS DODOL
P. 45
papua untuk angkot). Bedanya dengan angkot biasa, kusri penumpang tetap menghadap ke depan
dan full music lho. House music yang berdentum-dentum bikin kepala penumpang ajeb-ajeb
asyik..
Suatu hari, tetanggaku di kompleks, cici, membeli motor baru. Keren. Bebek merah mengkilat
keluaran tahun terbaru. Aku terkagum-kagum dibuatnya. Dan hebatnya cici tak butuh waktu
lama utk jago mengendarainya. Dalam waktu semnggu, ia sudah wara-wiri kotaraja dalam
abepura. Jenius. Excellent.
Hehehe. Aku jadi nekad merengek pada mama ingin be em we juga. Permintaan di tolak mentah-
mentah. Selain mahal, aku pun belum cukup umur utk punya SIM. Umurku baru 15 deh
kayaknya. Sangat belia dan segar *halah.
''ah, cici boleh kok, padahal dia baru kelas 3 SMP.'' kataku keukeuh.
Mama tak kalah teguh. ''ya sudah, kamu jadi anaknya pak ketut saja kalau begitu.'' huhuhu. Pak
ketut tuh papanya cici.
Suatu sore, aku dan cici baru pulang dari supermarket di Abe. Tentu saja ia memboncengku.
Mungkin karena dilihatnya aku hampir ngeces melihat duh motor, *ehh jangan-jangan dia
melihatku mengelus-elus motornya sembunyu-sembunyi? Hihi. Cicipun menawari aku belajar.
''gampang kok mbak, mbak bisa naik sepeda kan?'' aku mengangguk semangat. Kalau naik
sepeda mah aku jagonya. Aku sering naik sepeda kalau pergi les fisika di rumah bu ina di
kotaraja luar. Jauh juga tuh jaraknya. Sampe ngos-ngosan dan betis jumbo dibuatnya. Belum lagi
disuitin anak-anak STM. ''cewek... CDnya item bintik-bintik ya..'' teriak merka jahil. Aku pernah
hampir nyusruk di got karena kaget mendengar tebakan mereka. Ihh ... Kok benar sihh!
''mbak di depan, aku membonceng oke?'' cici menunjuk kan rem, gas dan perseneling motornya.
''inget-inget, jangan sampai ketukar ya!''. Katanya duduk di belakangku. Aku mengangguk
sambil menghapal letak tombol-tombolnya. Maklum kadang aku suka lemot hehe.