Page 114 - hujan
P. 114

sawah,   burung-burung      terbang   di   atas   padi   menguning.   Se ka rang,   semua nya

                berubah.  Pertanian  tropis  tidak  lagi  cocok,  di ganti kan  de ngan  tanaman  gandum.

                Setidaknya,    ilmu   pengetahu an    pertanian    maju   pesat,   alat-alat   berat   dengan
                teknologi terkini membantu meningkatkan produktivitas lahan.

                  Lail   terus   menatap   ke   luar   jendela.   Kereta   cepat   melintasi   kota-kota   tidak

                berpenghuni  dengan  puing  bangunan.  Kota-kota  itu  ditinggalkan  penghuninya
                sejak  bencana  gempa  bumi.  Mereka  pindah  ke  kota  lain  yang  lebih  baik.  Saat

                kereta   cepat   me nyentuh   pesisir   pantai,   pemandangan    semakin    mengenaskan.

                Sisa-sisa   kehancuran    akibat   gelombang   tsunami    terlihat   jelas.   Be berapa   kapal
                kontainer  besar  teronggok  bisu  di  kota  mati.  R adius  dua  puluh  kilometer  dari

                pantai    tidak   ada   kehidupan     tersisa   saat   kejadian   tiga   tahun   lalu.   Lail

                mengembuskan napas perlahan di balik jendela kaca kereta.
                  Mereka  tiba  di  stasiun  tujuan  pukul  empat  sore.  Mereka  pindah  menumpang

                truk   militer,   langsung   menuju   lokasi   pe nugasan.   Enam   jam   perjalanan,   turun

                dari  truk  militer,  mereka  ber kumpul  di  tenda  komando.  Tanpa  sempat  istirahat,
                semua di laku kan dengan taktis dan eJsien. Salah satu relawan senior yang sudah

                bertugas  enam  bulan  terakhir  di  Sektor  4  memimpin  brie;ng.  Situasi  kota  yang

                mereka  tuju  tidak  terlalu  buruk,  kate gori  menengah.  Tenda-tenda  pengungsian
                masih beroperasi di sana karena proses pemulihan pascabencana berjalan lambat

                aki bat  kurangnya  tenaga,  peralatan,  dan  sumber  daya  lainnya.  Di  tempat  itulah

                Lail  dan  Maryam  menghabiskan  dua  minggu  sisa  libur  panjang.  Mereka  berdua

                ditugaskan    di   bagian   medis,   mem bantu   dokter   dan   perawat   di   rumah   sakit
                darurat.

                  Lail  melewati  hari-harinya  dengan  semangat.  Bangun  pagi-pagi,  bekerja  tanpa
                henti,   baru   kembali   ke   tenda   relawan   setelah   pukul   delapan   malam.   Terkapar

                kelelahan  di  atas  kasur  tipis,  tanpa  sempat  mandi,  dan  besok  paginya  bangun

                lalu   kembali   bahu-membahu        membantu      penduduk.     Meski    Jsiknya   remuk

                karena     lelah,   Lail   menyukai     kesibukannya.      Itu   membuatnya       berhenti
                memikirkan  banyak  hal.  Aktivitas  Organisasi  Relawan  menjadi  penyembuh  dari

                kenangan  kehilangan  ayah  dan  ibunya.  Lail  membalas  kejamnya  takdir  dengan
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119