Page 13 - MODUL FIQIH PPG 2021
P. 13

mengembangkan modal usaha yang didapat dari zakat tersebut. Selain itu di masyarakat

                  terdapat  banyak  keahlian  yang  dimiliki  oleh  mereka  yang  tergolong  mustahiq  yang

                  tampaknya  diperoleh  tanpa  melalui  latihan  khusus  seperti  pedagang  kaki  lima,  sopir,
                  pengrajin tangan, tukang kuli batu, dan lain sebagainya. Jika penyaluran zakat dilakukan

                  dengan baik serta penggunaannya terbilang optimal, maka hal ini akan dapat meningkatkan
                  taraf  ekonomi  mereka  yang  tergolong  lemah  untuk  selanjutnya  diharapkan  kehidupan

                  mereka tidak bergantung kepada zakat. Untuk mereka, zakat hanya modal pertama saja
                  selanjutnya  mereka  tidak  lagi  sebagai  mustahiq  zakat,  tapi  menjadi  orang  yang  wajib

                  mengeluarkan zakat (muzakki).

                   Uraian di atas memperlihatkan bahwa sesungguhnya keberadaan zakat produktif itu dapat
                  dibenarkan selain itu masalah teknis saja, pemberian modal kepada mustahiq zakat sebagai

                  modal usaha berarti memberikan perhatian kepada para mustahiq untuk hidup lebih layak,

                  hal ini  merupakan ajaran Islam seperti diperkuat oleh al-Qur’an:

                                                                                                 َّ
                                         َ
                    ٌ ُلِهاجل      ا َ  ٌ مُهُب َ َََسحَي      ٌ ِ ض   رلأا   يِف   ا ب   ر َ َََض   ٌَنوُعيِطَتَََ  ٌ ِاللّ   َّ   ٌَ لا    سَي  ٌ ليبَََس   َ  يِف   او ُ ر ِ َََصحأ ُ       ٌَنيِذلا   ٌِءارَقُفلِل
                           ُ
                                                                         ِ ِ
                                                                                                      َ

                                                                ُ َ
                                        ُ

                                                                                                    َ
                    ِ  ٌ َ   ٌ ِهب    ٌ   َّ اللّ  ِ    ٌ َف َّنإِ  ٌ  ر يَخ  ٌ  نم   ِ    اوقِف نت   ُ  امو   ا فاَحلإ   ٌ ساَّنلا   ٌَنولأََ    ٌَ لا    سَي  ٌ مُهاميََ    ِسب  ٌ مُهُفر عَت   ٌِفُْفعتلا  ٌَنم   ِ   َّ  ٌ ءاَيِن غأ َ
                                                       َ ِ
                                             َ َ
                                                                                            َ
                                                                                   ِ
                                                                                     ِ
                                                                           َ
                                                                                                       ٌ ميِلَع

                   Artinya:  “Berinfaklah  untuk  orang-orang  faqir  yang  terikat  oleh  jihad  di  jalan  Allah,
                   mereka tidak mampu berusaha di bumi. Orang yang tidak tahu, menyangka mereka adalah
                   orang  yang  kaya  karena  memelihara  diri  dari  meminta-minta.  Kamu  melihat  mereka
                   dengan melihat sifat-sifatnya. Mereka tidak meminta-minta  kepada orang secara medesak.
                   Dan apa yang kamu nafkahkan di jalan Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”
                   (QS. al-Baqarah: 273)

                       Arif  Mufraini  dalam  Buku  Akuntansi  dan  Manajemen  Zakat  (2006:147)  telah
                   mengemas bentuk inovasi pendistribusian zakat yang dikategorikan dalam empat bentuk:
                   Pertama, distribusi bersifat “konsumtif tradisional,” yaitu zakat dibagikan kepada mustahik
                   untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah, atau zakat mal yang dibagikan
                   kepada para korban bencana alam. Kedua, distribusi bersifat  “konsumtif kreatif.”  yaitu
                   zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti diberikan dalam
                   bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa. Ketiga, distribusi bersifat “produktif tradisional,”

                   yaitu zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi,

                   dan lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini dapat menciptakan usaha yang membuka
                   lapangan kerja bagi fakir miskin. Keempat, distribusi dalam bentuk “produktif kreatif,”

                   yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk menambah modal pedagang
                   pengusaha kecil ataupun membangun proyek sosial dan proyek ekonomis.

                                                                                                       12
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18