Page 8 - MODUL FIQIH PPG 2021
P. 8

dapat  dikatakan  profesi  karena  keahliannya  diperoleh  melalui  proses  pendidikan  yang

                   cukup lama.

                       Gagasan  zakat  profesi  ini  adalah  Syeikh  Yusuf  Qardhawi  dalam  kitabnya  Fiqh  Az
                   Zakah, yang cetakan pertamanya terbit tahun 1969. Namun tampaknya Yusuf Qardhawi

                   dalam hal ini mendapat pengaruh dari dua ulama lainnya, yaitu Syeikh Abdul Wahhab
                   Khallaf dan Syeikh Abu Zahrah. Dalil keumuman ayat al-Qur’an yang dijadikan dasar bagi

                   zakat profesi yaitu QS. al-Baqarah. 267, nampaknya pekerjaan yang termasuk profesi itu
                   bersifat umum, tidak terbatas oleh keahlian yang dipeoleh dari pendidikan tapi semua jenis

                   pekerjaan yang baik, ayat tersebut berbunyi:
                                                               ُ َ
                                                                                  َ
                                                                             َّ
                                                      َ
                                       ٌ  ٌ مُت بَسَك  َ    ام    ٌ ِتاَب يط  ٌ  نم   ِ    اوقِف نأ   اوُنماء   ٌَنيِذلا   اهُْيأاَي
                                                      ِ

                                                                      َ َ
                                                                                َ
                   Artinya: “Nafkahkanlah dari hasil usahamu yang baik.” (QS. al-Baqarah: 267)

                       Dilihat  dari  ketergantungannya,  profesi  bisa  dikelompokkan  menjadi  dua  bagian.
                   Pertama, pekerja ahli yang  berdiri sendiri, tidak terikat oleh pemerintah, seperti dokter
                   swasta, insinyur, pengacara, penjahit, tukang batu, guru, dosen, wartawan dan konsultan.
                   Kedua,  profesi  yang  terkait  dengan  pemerintah  atau  yayasan  atau  badan  usaha  yang

                   menerima gaji setiap bulan. Menurut sebagian ulama, seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud,
                   dan Muawiyah, kedua kelompok profesi di atas, baik yang wiraswasta atau pegawai yang

                   terikat oleh suatu instansi, mereka dapat terkena kewajiban mengeluarkan zakat profesinya

                   ketika menerima upah/gaji sebesar seperempat puluhnya. Jika rutinitas itu dilakukan maka
                   tidak ada lagi baginya kewajiban untuk mengeluarkan zakat pada akhir tahun.

                       Dilihat dari aspek penerimaannya, macam-macam profesi seperti tersebut di atas dapat
                   dikategorikan menjadi dua. Pertama, hasil usaha yang teratur dan pasti setiap bulannya,

                   yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini  seperti upah pekerja dan gaji pegawai.
                   Kedua, hasil yang tidak tetap dan dapat dipastikan seperti kontraktor, pengacara, royaliti

                   pengarang, konsultan, dan artis.

                       Dengan  demikian,  zakat  profesi  meliputi  semua  pekerjaan  yang  halal  dan  baik,
                   zakatnya dapat  dikeluarkan sesuai  dengan  waktu perolehannya setelah  diambil terlebih

                   dahulu untuk kewajiban biaya terhadap keluarga dan biaya operasional. Seseorang dengan

                   profesinya  yang  berpenghasilan  pas-pasan  bahkan  kurang  untuk  memenuhi  kebutuhan
                   hidupnya  bukanlah  termasuk  profesi  yang  wajib  dikeluarkan  zakatnya,  bahkan  mereka

                   tergolong orang yang berhak menerima zakat (mustahiq), seperti tukang beca.



                                                                                                        7
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13