Page 152 - E-BOOK ZAT ADITIF
P. 152

demam ketosis, respirasi alkalosis, dan asidosis metabolik. Salisilat juga menimbulkan kelainan

              kulit berupa eritema dan pruritis radang pada kulit.
                   6.  Chloramphenicol (Kloramfenikol)

                     Memiliki rumus kimia C11H12C12N2O5, dikenal dengan 2,2-Dichloro-N-2- hydroxy-1-
              (hydroxymethyl)-2-(4-nitrophenyl)  acetamide,  merupakan  salah  satu  golongan  antibiotik.

              Penggunaan chloramphenicol sebagai bahan tambahan pangan digunakan sebagai antimikrobial,

              terutama ditambahkan pada air susu untuk tujuan mematikan mikroba pengurai pada susu (Lund,
              W., 1994). Efek terhadap kesehatan dari chloramphenicol yang diberikan sebanyak 50 mg/kg

              berat badan pada neonatus, terutama yang prematur dapat mengalami gray sickness. Kelainan
              ini berdasar atas belum sempurnanya kemampuan hati neonatus untuk mengadakan konjugasi

              chloramphenicol dengan asam glukoronat. Chloramphenicol yang tidak mengalami konjugasi

              masih bersifat toksik.

















                                               Gambar 9.6 Struktur kimia Kloramfenikol
                                                        Sumber: Wikipedia.com

                   7.  Potasium Bromat

                     Rumus KBrO3 BM = 167,01, berbentuk kristal putih atau granul, densitas= 3,27; titik
              leleh 350°C, bereaksi dengan O2. Larut dalam 12,5 bagian air, 2 bagian air mendidih dan larut

              dalam alkohol. Potasium bromat dapat terhidrolisis menjadi ion K dan bromat. Ion kalium ini
              bersama-sama  dengan  natrium,  klor,  dan  ion  bikarbonat  berfungsi  untuk  menjaga  tekanan

              osmosis cairan tubuh dalam mengatur keseimbangan asam basa pada tubuh. Defisiensi kalium

              menyebabkan pertumbuhan yang terhambat, lemah, dan tetani yang berakhir dengan kematian.
              Potasium bromat (KBrO3) merupakan bahan kimia yang dalam dosis berlebih dalam tubuh dapat

              menyebabkan  gejala  muntah-muntah  (vomityng),  diare,  methemoglobinemia,  dan  reinjury
              (luka) (The Merck Indek, 1989).
   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157