Page 155 - E-BOOK ZAT ADITIF
P. 155
sampai dengan 6 hari. Selain itu, wadah/keranjang ikan dapat juga ditaburi cincangan biji
tersebut. Untuk pengangkutan jauh terkadang memakai campuran biji hapesong dan garam
dengan perbandingan 1 bagian garam dan 3 bagian biji hapesong atau hanya biji hapesong saja.
Selain sebagai pengawet ikan, kegunaan tanaman ini kayunya dapat dipakai untuk batang
korek api. Daunnya digunakan sebagai obat cacing dan bijinya se- bagai antiseptik. Kulit kayu
yang diremas-remas dan ditaburkan di atas air dapat mematikan ikan (tuba ikan) maupun udang.
Di samping itu, inti biji yang digerus dapat juga digunakan untuk membersihkan kutu/caplak
pada lembu, tetapi hati- hati jangan sampai termakan oleh ternak pada saat dilakukan pengobatan
karena mengandung asam sianida. Adapun cara menghilangkan asam sianida pada bijı hapesong,
yakni buah yang masak dan jatuh sendiri disimpan selama 10-14 hari sampai terlihat daging
buahnya membusuk, lalu bijinya dipisahkan, dicuci dan direbus cukup lama, dinginkan
selanjutnya ditumpuk dalam lubang di luar rumah, akhirnya ditutupi dengan daun pisang serta
tanah. Biarkan biji terkubur selama 40 hari, setelah itu dikeluarkan dan dibersihkan. Akan
diperoleh biji dengan isi warna cokelat, berlemak, dan licin, serta siap dijual ke pasar dengan
nama kluwak.
Di daerah tertentu, misalnya di Sumatra Barat minyak yang dihasilkan biji kepayang
dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak bening diperoleh dengan cara biji-
biji yang sudah masak mula-mula direndam dalam air selama 2-3 jam lalu dikupas, noda hitam
dalam inti biji dibuang. Setelah itu, biji direndam dalam air selama 24 jam. Kemudian biji
dijemur di panas terik matahari hingga biji mengeluarkan minyak jika dipijit. Untuk memperoleh
minyaknya, biji dikempa. Di Indrapura, minyak ini dipakai untuk menggoreng ikan. Untuk
mencegah minyak menjadi tengik maka wadah penyimpanan botol dipanaskan terlebih dulu dan
setiap 2 hari sekali, minyak dipanaskan. Di Palembang, minyak yang dihasilkan dari biji ini
digunakan sebagai minyak oles untuk penyakit radang sendi dan peyakit kulit.
3. Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri jenis ini lazim digunakan untuk proses pembuatan yoghurt dan makanan
fermentasi lainnya. Sifat BAL yang tak kalah penting ternyata dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pembusuk dan patogen. Prof. Dr. Betty Sri Laksmi Jenie dari Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) memanfaatkan karakter BAL untuk membuat
pengawet ikan. BAL adalah jenis bakteri tak berbahaya. Ditemukan pada beragam makanan
tradisional, seperti acar ketimun, asinan kol, atau kecap ikan. Untuk bahan pengawet barunya
ini, Betty membuat kultur BAL cair dari esktrak tanaman sawi dan susu skim. Jenis bakteri yang
dikembangkan adalah Lactobacilus plantarum dan Lactobacilus lactis sub sp cremonis.