Page 51 - E - MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 51
manusia. Bagi kelompok ini, di sebuah negara dengan kewarganegaraan
yang plural, hak-ha harus didistribusikan secara setara dan universal atas
basis keanggotaan teritorial politik, bukan atas dasar keanggotaan dalam
suatu komunitas keagamaan. Pandangan kelompok ini jelas lebih
mengutamakan makna substantif demokrasi dari pada pengertian
47
formalnya yang cendrung bersifat prosedural.
b) Pluralisme Agama
Istilah plurasime agama merupakan kata yang ringkas untuk
menggambarkan sebuah tatanan dunia baru yang di dalamnya perbedaan
budaya, sistem kepercayaan, dannilai-nilai membangkitkan berbagai
ungkapan manusia yang tidak akan kunjung habis, sekaligus
mengilhamkan konflik yang tidak terdamaikan. Istilah pluralisme telah
menjadi semacam panggilan untuk hari raya, seruan warga negara dunia
untuk berdamai dengan perbedaan meraka yang memusingkan. Konflik
abadi antara kaum Tamil dan kau Buddha, dan kekejaman terhadap warga
negara tidak berdosa, mendesak adanya imperatif moral yang mengakui
martabat kemanusiaan orang lain tanpa memandang agama, suku dan
afiliasi kulturalnya (Sachedina,2001:48).
Perbedaan antara Islam dengan Kristen diterima sebagai perbedaan
dalam meletekkan prioritas antara perumusan iman dengan pengamalan
iman. Setiap agama pada dasarnya distruktur oleh dua hal: perumusan
iman dan pengamalan iman. Hanya, setiap agama senantiasa berkeyakinan
bahwa yang satu mendahului yang lain. Seperti dalam rumusan kaun Islam
plurasil maka antara Islam dan Kristen berbeda dalam hal merumuskan
iman dengan pengamalan iman. Oleh sebab itu, kaum Islam pluralis
sebenernya tida menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai di depan
adalah keseragaman bentuk agama sebeb gagasan teologi di pluralis adalah
meletakkan pluralitas berdiri di antara pluralitas yang tida berhubungan
dan kesatuan monolitik.
47 Ibid, hal. 316
46