Page 175 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 175

3.   Sikap · Jepang  terhadap Aparatur Pemerintah Hindia Belanda
                   Setelah  tentara  Jepang  berhasil menguasai  Minahasa,  maka
              pada tanggal  15 .Januari  1942, keluarlah Pengumuman resmi  dari
              pemerintah  militer yang isinya  agar  supaya  para  anggota  militer
              Belanda yang masih bersembunyi segera menyerahkan diri lengkap
              dengan  persenjataannya.  Pengumuman  ini  disampaikan  melalui
              para  Kepala  Distrik  dan  Kepala  Desa.  Dengan  demikian  maka
              semua  orang  Belanda  yang  dulunya  memegang  jabatan  !>ipil
              maupun  militer,  termasuk_ seluruh  orang lain  kulit  putih lainnya
              ditawan  di  beberapa  tempat  antafa  lam  di  Manacfo,  Tomohon,
              Airmadidi dan Tondano.  251  ) Bukan saja pejabat sipil atau militer,
              para rohaniawan Katolik dan Protestan turut ditangkap juga yaitu
                                          2
              mereka yang berkulit putih. 25 )
                   Dengan  ditangkapnya  semua  pejabat  kulit  putih  (Belanda)
              maka untuk mengisi lowongan dalam  pemerintahan sipil beberapa
              orang  Indonesia  diangkat  Jepang  menggantikan  mereka.  Tetapi
              tidak  lama  kemudian  jabatan  itu  diambil  alih  lalu  langsung
              dipegang  oleh  pejabat  militer  Jepang,  misalnya  yang  terjadi  di
              Sangir  Talaud.  Ketika  Ketua Komite  Nasional  Siau  W.A.  Kansil
              menghadap Jepang di Manado, maka ia diangkat jadi Koordinator
              Pemerintahan  Sangir  Talaud,  tetapi  kemudian  diturunkan  jadi   '.·
              wakil Raja Manganitu.  25 3  )
                   Sikap  Jepang  kepada  aparatur  pemerintahan  sipil  Belanda
              berbeda  dengan sikap mereka kepada aparatur pemerintahan sipil
              pribumi.  Pejabat-pejabat  Belanda  semuanya  ditangkap.  Setelah
              mereka berhasil menguasai keadaan, maka keluarlah pengumuman
              resmi sekitar akhir Januari 1942 yang memerintahkan kepada para
              pejabat  setingkat  Raja  dan pembantu-pembantu utamanya segera
              datang  melaporkan  diri  di  Langowan  kepada  Letnan  Kolonel
              Horiuchi,  Panglima Tentara Pendudukan yang bermarkas di sana.
              Oleh sebab itu maka untuk memenuhi perintah, berduyun-duyun-
              lah mereka  pergi  ke  Langowan  untuk datang melapor. Para Raja
              diharuskan menyerahkan Korte  Verklaring yang pemah dibuatnya
              dengan pemerintah Belanda kemudian mereka diangkat lagi dalam
              jabatannya itu dengan gelar Suco, lalu diberi tanda pengenal untuk

              251)  S.U. Marunduh, op. cit, ha1. 60, 62.
              252)  R.F.J. Palit, op. cit., ha1.  37.
              253)  H.B. Elias, op. cit., ha1.  147.

              166
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180