Page 79 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 79

rnenjadi  tujuh  distrik yaitu Manado Tornohon, Tonsea, Toulour,
                                               1
             Kawangkoan,  Amurang,  dan  Ratahan.  Tahun  1927  diperkecil
             lagi  di  mana  dlstrik  Tomohon  digabungkan  ke  distrik  Manado.
             Reorganisasi  ini  dilakukan  antara  lain  dengan maksud untuk me-
             ngusahakan  perimbangan  jumlah  penduduk.  · Sebelum  reorgani-
             sasi-reorganisasi  di atas dijalankan,  ada distrik yang penduduknya
             hanya  sekitar  lima  ribu  sembilan  ratus  saja.  Setelah  reorganisasi
             distrik maka sctiap  distrik penduduknya adalah sekitar du::l pu!uh
    ,  · /   lima ribu orang.   82 )
                  Dahulunya  distrik  disebut  walak  dan  kepalanya  disebut
             Kepala  Walak  atau  Kepala  Balak.  Setiap Kepala Balak adalah ke-
             pala  pemerintahan  sekaligus  kepala  adat  dari  kumuniti  yang  di-
             pimpinnya.  Mulai  1881,  fungsi  Kepala  Balak sebagai kepala adat
             dengan  sendirinya  hapus  karena  setiap  Kepala  Balak mulai  saat
             itu  diangkat  sebagai  pejabat  pemerintah.  Dan  dengan  sendirinya  _
             otonomi  dari  setiap  walak  atau . paksaan  dibatasi  dan  harus  taat
             kepada politik  kolonial  yang  menjatankan  semua  penggabungan/
                    1
             reorganisasi di atas.  Dengan beslit pemerintah, setiap Kepala Balak
             memimpin  sebuah  distrik  dengan  jabatan  Kepala  Distrlk  atau
             Hukum  Besar.  Hukum  Besar  yang dianggap berjasa kepada Peme-
             rintah  Kolonia!  diberi  gelar  kehormatan  Mayor.  Kepala  Distrik
             atau  Hukum  Besar  membawahi  Distrik  Bawahan  yang  dikepalai
             oleh Kepala  Distrik Bawahan  yang disebutHukum Keduadabatan
             Hukum Kedua sekarang ini adalah setingkat deJ?.gan Camat sedang-
             kan Hukum  Besar kira-kira setingkat dengan Kepala Kantor Peng-
             hu bung Bupati Kepala Daerah.                              ·
                  Sejak  1880-an para pejabat Hukum  Besar dan Hukum Kedua
             di atas rata-rata pernah mengikuti pendidikan di Tondano yaitu di
             Hoofdenschool  dan  mulai  sekitar  1914  ada  yang  dikirim  ke  Os-
             via  di  Makasar,  untuk  mengikuti  pendidikan  kepamongprajaan
              di  sana.  Pejabat  setingkat  di  bawah  Hukum  Kedua  ialah · Kepala
             Desa  atau  Hukum  Tua  Para  Hukum  Tua ini memegang jabatan-
             nya melalui  pemilihan  warga  desanya.  Mulai  1880 semua Kepala
             Distrik  (Hukum  Besar)  dan Kepala Distrik Bawahan (Hukum  Ke-
              dua)  digaji  oleh pemerintah.Hukum  Tua  atau Kepala Desa  tidak
              diberi  gaji,  hanya  memperoleh  prosentase  dari  penagihan  pajak.
              Selain  itu  Hukum  Tua  berhak mengerahkan tenaga rakyat untuk


             82)   P3KD  Sulawesi Utara, op.cit.,  halaman. 200j selanjutnya lihat L.  Adam, op.  cit.,
                  halarnan 3.

             '70
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84