Page 89 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 89
oleh pemerintah. Fandangannya mengenai gereja yang tetj>isah dari
urusan pemerintah mendapat banyak simpati bukan saja dari orang.
Minahasa tetapi juga dari beberapa pendeta Belanda seperti Dr.
Scliwarz di Sonder ( 1860-1905), 0. Schaafsma di Langowan
(1860-1871) dan C.J. ·van Liefde di Amurang (1861-1898). Se-
orang pengikutnya yaitu R. Mangindaan seorang guru lulusan
Kweekschool Ambon malah dipecat dari jabatan guru.
Usaha Ds. L. Mangindaan ini dilanjutkan oleh Joel Walintu-
kan, bekerja-sama dengan Sumampouw. Kedua mereka juga dipe-
cat dari-jabatan guru sedangkan teman mereka yang lain yaitu
Gerungan dipindahkan ke daerah Sangir Talaud. Seorang pendeta
Perancis Di. H.C. Kruiyt yang menyokong usaha mereka dipindah-
kan ke Batak Karo di Sumatera. Walaupun demikian benih-benih
yang menuntut pemisahan gereja dari pemerintah tetap bersemi,
dan dilanjutkan dengan berbagai cara di tahun-tahun berikutnya,
mencapai puncaknya sekitar tahun 1930-an.
Pada tahun 1914, suatu organisasi lokal yaitu Gerakan Ma-
jelis Gereja Indische Kerk Kota Manado pimpinan Jaksa J. Jacobus
mengulangi kembali tuntutan pemisahan Gereja dari Pemerintah
khususnya menuntut didirikannya gereja yang berdiri sendiri le-
pas dari Indische Kerk dan dari Pemerintah di Minahasa. Tuntut-
an itu ditandatangani oleh pimpinan organisasi yang semuanya
masih menduduki jabatan-jabatan pemerintahan yaitu Mayor Ma-
nado F. Rotinsulu, Hukum Besar Bantik L. Ticoalu~ Hukum Besar
Manado L. Wakari, Hukum Besar Maumbi P. Ratulangi, Hukum
Tua Tikala P. Lomban, Hukum Tua Singkil A. Kapugu dan dua
orang guru yaitu S. Abuthan dan J. Sahelangi. 10.s)
Tuntutan yang sama diajukan lagi oleh suatu organisasi lokal
lainnya yaitu Pangkal Setia yang berdiri di kota Tomohon pada
tahun 1915. Pimpinan organisasi itu antara lain A.M. Pangkey,
J.U. Mangowal, A. Pandelaki, L. Undap, dan N. Potu, kemudian
D. Lumunon, E. Karundeng, G. Rompas, dan B.W. Lapian. Orga-
nisasi ini merupakan wadah yang menampung guru-guru lending
di Minahasa. Tahun 1925, atas nama empat ratus anggotanya.
Pangkal Setia mengirim kawat kepada Kerkbestuur di Jakarta,
105) E.W. Parenglcuan BA, "Suatu Tinjauan Sejarah Tentang Peranan KGPM Dalam
Sejarah Pergerakan Nasional di Minahasa" artikel da1am majalah Duta Budaya
Nomor 01 Tahun I, Lembaga Penelitian Sastra Fakultas Sastra UNSRAT, Mana-
do, 1971, halaman 23-24.
80