Page 90 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 90

mendesak  agar  Minahasa  dipE?rbolehkan  mengat\ir  urusan  gereja-
               nya  sendiri,  Iepas  dari  Indtsclr~ ·:$erk.  Pennohonari  ini diperkuat
               oleh tisa orang pejabat Zending bangsa Eropa yaifu ·G.B: Tiekstra
               (Behee~der  Sekolah-sekolah)~ .  ·it ·Berendsten  Kate  (Dii'ektur
               Kweekschool  Tomohon)  dart· Ds'.  i ;F: Stap (Guru Kweekschool).
               Mereka  meitgatllkan  bahwa  P~gbl Setia  dengan  Serikat  Guru
                                                        1
               Zendingnya  sanggup memikul  beban itu.  ~). Pada  sekitar tahun
                1930,  sebuah ·organisasi  lainnya .yafru  Serikat Pensiunan Pendeta
               Indische Kerk yang d~dirikan di Manado pada tahun 1928, menyo-
               kong tuntutan Pan8kal Setia itu.  Ketika tahun  1933  didirikan ge-
               reja yang lepas dari Indische Kerk yaitu Kerapatan Gereja Pi:otes-
               tan  Minahasa  (KGPM)  maka  banyak  di  antara  mereka  itu  yang
               menjadi anggota-anggota pertamanya,
                    Pada · tahun  1912  berdirilah  Perserikatan  Minahasa di Sema-
               rang  (Jawa Tengah) yang kemtidian  terbagi menjadi dua yaitu se-
               bagian  tetap  menggunakan  nama  Perserikatan  Minahasa  sebagai
               organisasi  sosial)  dan  sebagian  lagi  menjadi  Persatuan  Minahasa
               (yang  memperjuangkan  program-program  politik).  Persatuan  Mi-
               nahasa  kemudian  mempunyai wakil-wakilnya  di' dalam  Volksraad
               antara  lain  DR.  G.S.S.J.  Ratulangi. Ia  sebelumnya pemah menja-
               bat Sekertaris Minahasaraad antara tahun 1924-1928. Semua usaha
               dan  tun tu tan untuk memperjuangkan berdirinya gereja yang lepas
               dari  Indische  Kerk  untuk  orang Minahasa diikutinya dengan cer-
               mat  dan  turut  dilontarkannya  dalam  sidang-sidang  Volkraad.
               Akhirnya  tahun  1934  pemerlntah  datam  hal  ini  Indische  Kerk
               mengabulkan  tuntutan  di  atas  dengan  berdirinya Gereja  Masehi
               Injili  Minahasa  disingkat'  GMIM,'  walaupun  pada  kenyataannya
               masih  tetap  bemaung di bawah  Indische Kerk.  Muller Kruger me-
                                                         1
               ngatakan  bahwa  sebenarnya  gereja  belum  • memiliki  kebebasan
               untuk  mengurus  soal-soal  sendiri,  tetapi  dorongan  dari  orang-
               orang  Kristen  di  Minahasa  demikian  hebatnya,  sehingga  dengan
               penetapan  raja  yang  istimewa,  berdirilah GMIM  tahun  1934.   107 )
                    Tuntutan  dan  usaha  untuk  mendirikan  gereja  yang  berdiri
               sendiri  di  atas menunjukkan  telah  tim bulnya kesadaran  di kalang-
               an  orang  Minahasa  bahwa  hanya  dengan  melalui  saluran-saluran
               organisasi  saja,  barulah  tuntutan  mereka  dapat  tercapai.  Usaha-
               usaha  perorangaJ\  yang  sebeluinnya  pemah  dijalankan  semuanya

               106)  E.W. Parengkuan BA, loc, cit
               107)  Dr. Th Muller Kruger, op.cit, halaman 101.


                                                                           81
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95