Page 197 - eBook Manajemen Pengantar_Neat
P. 197
PERSPEKTIF
Kuntoro: Tata Cara Penambangan Harus Diperbaiki
Kuntoro Mangkusubroto dikenal sebagai “dokter” spesialis
perusahaan “sakit”. Hal itu dibuktikannya saat menangani sejumlah
perusahaan BUMN. Pria kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, 14 Maret
1947 ini, mampu mengembalikan kejayaan perusahaan pelat merah baik
dari sisi manajemen ataupun keuangan.
Saat ini ia menjabat sebagai Kepala Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP atau lebih familiar
disebut UKP4) sejak 22 Oktober2009. Sebelumnya, Kuntoro pernah
menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan EnergiIndonesia di era
Kabinet Reformasi Pembangunan. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala
Badan Pelaksana – BRR Aceh-Nias yang bertugas melakukan pemulihan
kawasan Aceh dan Nias pasca tsunami dahsyat 26 Desember 2004.
Apa saja yang harus dilakukan di sektor pertambangan? Kuntoro
memaparkannya kepada Gustyanita Pratiwi. Berikut wawancaranya:
Bagaimana awalnya Anda terjun di industri energi?
Saya diberi tanggung jawab oleh pemerintah pada tahun 1988 untuk
menjalankan sebuah perusahaan yang masih sangat muda bernama PT
Tambang Batu Bara Bukit Asam (BA). Pemerintah kemudian meminta
saya untuk memimpin PT Tambang Timah pada tahun 1990-1994.
Kondisi PT Timah sangat berbeda dengan PT BA. Perusahaan negara
itu hampir dinyatakan bangkrut. Saya diminta untuk melakukan
restrukturisasi, bukan hanya menjadi perusahaan sehat, tetapi menjadi
perusahaan kebanggaan.
Jadi, itu adalah awal profesional saya dalam bidang pertambangan.
Saya tidak punya latar belakang tambang. Dan mereka mempercayakan
saya untuk menangani masalah itu.
Bagaimana kondisi perusahaan waktu itu?
PT BA adalah perusahaan tambang pertama di Indonesia. Saya
pertanggungjawab meningkatkan produksivitas. Sebelum saya masuk,
produksi PT BA di bawah 1 juta ton. Lalu, saya melakukan pembenahan.
Salah satunya mengadakan teknologi canggih. Hingga saat ini, teknologi
itu masih digunakan. Kami menciptakan sitem teknologi elektronik sehingga
pengendaliannya melalui elektronik. Saya juga bertugas membimbing
karyawan untuk mahir menggunakan sistem itu. Hasilnya, tahun 1990,
186 Manajemen Pengantar