Page 198 - eBook Manajemen Pengantar_Neat
P. 198
produksi PT BA mencapai 4 juta ton. Sebuah capaian prestasi besar dalam
industri pertambangan.
Prestasi itu masih berlanjut hingga saat ini. PT BA menjadi perusahaan
yang hebat, mempunyai pembangkit listrik. Kapasitas produksi
diperkirakan sekitar 15 atau 20 juta ton. PT BA kini menjadi perusahaan
publik dan menjadi perusahaan kebanggaan.
Bagaimana dengan PT Timah? Separah apa kondisinya?
Setelah saya di PT BA, maka saya diminta untuk membereskan PT
Tambang Timah. Pada saat itu, Menteri Pertambangan, Ginanjar
Kartasasmita mengatakan ke saya, bahwa PT Timah sedang terjadi
“kebakaran besar” alias bangkrut. Jadi, kebakaran itu harus segera
dipadamkan.
Produksi timah dihasilkan dengan biaya produksi kira-kira US$ 14-
15 ribu per ton. Waktu itu harga terus turun, sampai mencapai angka
US$ 5.000 per ton. Kondisi itu dapat menyebabkan tidak ada satu pun
perusahaan yang bisa bertahan. Kalau production cost-nya masih segitu,
tapi harga jualnya cuma US$ 5 ribu, PT Timah tidak akan bisa bertahan.
Saya memprediksi harga akan terus turun. Jika benar terjadi, maka
PT Timah harus siap dengan kondisi terburuk. Inilah yang menjadi acuan
saya dalam membenahi perusahaan.
Production cost US$ 15.000 itu tinggi karena merupakan suatu
resultante dari biaya operasi yang tinggi akibat mesin-mesin produksi yang
tidak terpelihara, terlalu banyak orang, over head yang terlalu tinggi,
berbagai macam inefisiensi yang ada di perusahaan itu. Jadi biaya produksi
US$ 15 ribu itu adalah cerminan ketidakefisienan.
Kemudian Bapak melakukan apa dan fokusnya di mana waktu itu?
Saya harus bisa membuat perusahaan ini menjadi perusahaan yang
bisa bertahan walaupun harga mencapai US$ 3.500 per ton. Bagaimana
caranya? Makanya ada empat langkah besar yang dipilih. Pertama,
menghapuskan semua fasilitas yang tidak langsung berhubungan dengan
operasi produksi penambangan timah. Jadi istilahnya, PT Tambang Timah
kembali ke khitohnya yaitu menjadi penambang timah.
PT Timah harus kembali ke core business yang sebenarnya. Bisnis
lain seperti sekolah, airport, tv, listrik, rumah sakit, dll, harus dilepas
semua.
Kedua adalah menciutkan wilayah operasi. Jadi kami masuk ke
wilayah operasi yang betul-betul bisa kami kendalikan dengan baik, yaitu
wilayah laut. Karena kalau bicara wilayah di laut, maka kami bisa
mengendalikan dengan lebih baik dibandingkan dengan di darat. Kasarnya,
Kekuasaan dan Wewenang 187