Page 119 - CERPEN 9A - Copy
P. 119

terlalu  ramai"  ucap ZIA sambil  menundukkan  kepalanya.  'ingat  ZIA  harus


                  nunduk, parah banget kalo enggak nunduk. Enggak berani kalau kak ALIF
                  ini paham dengan kitab Fathul Izhar kan bahaya banget'


                         "Itu teman kamu enggak diajak?" Katanya kak Alif, membuat Zia kaget.
                  "Dia bilang enggak mau kak" jantung nya Zia berdebar bukan karena ia suka,


                  melainkan karena ZIA merasa khawatir akan perkataan ustadz Imam nanti.
                  "Disini  rame  Karena  beberapa  anak  muda  belajar  mengaji  disini,  bukan


                  karena kepedean tetapi mereka sendiri yang bilang, mereka mau belajar ngaji
                  disini  karena anaknya Abi Imam ganteng dan Soleh, aamiin. Owh iya ada

                  juga yang mau menjadi menantu Abi, tapi sayang banget beberapa anaknya

                  mendapatkan  jodoh  diluar  daerah"  dengan  senyuman  manis  terukir  di

                  wajahnya. Zia hanya bisa menjawabnya dengan senyuman.

                         "Yasudah,  mari  masuk  ikuti  saya"  sambil  berjalan  memasuki  rumah

                  nya,  Zia  mengikuti  nya  dari  belakang.  "Assalamualaikum,  semua"  kata  kak

                  Alif sungguh ramah, Zia melihat peserta mengaji matanya tertuju kepada kak

                  Alif  dengan  tatapan  salah  tingkah.  Kak  Alif  membisikkan  kepada  ustadz

                  Imam sesuatu entah itu apa.

                         "Kemarilah" ustadz Imam memanggil Zia, Zia dengan berjalan sambil

                  membungkuk  menuju  ustadz  Imam  dan  kak  Alif.  Zia  menjadi  pusat

                  perhatian  para  peserta  disana,  entah  mengapa  Zia  menjadi  gugup  karena

                  obrolan mereka tentang dirinya. "Baiklah semuanya boleh pulang kerumah

                  masing-masing,  saya  akhiri  wassalamu'alaikum"  ucap  ustadz  Imam,  mereka

                  semua mencium tangan ustadz Imam dan terkadang curi pandangan kak Alif,

                  toh Zia sudah menemukan orang seperti mereka ini.

                         Tidak  banyak  setiap  keluar  rumah  langsung  ketemu.  Mereka  juga

                  beberapa  menatap  ZIA  dengan  tatapan  sinisnya,  entah  apa  kesalahannya.

                  "Masya'aallah  LUNA  MAYA  sudah  lama  tidak  jumpa,  apa  kabar?"  Ucap

                  ustadz Imam, dengan senyuman manis nya. "Maaf ustadz, nama saya LUNA

                  ZIA  HAAINAYA  DHYIAULHAQ,  Alhamdulillah  jayid  jdan,  ustadz

                  IMAM" ZIA mencoba untuk akrab dengan keluarga beliau.



                                                                                                    119
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124