Page 116 - CERPEN 9A - Copy
P. 116
salah satu pengurus. Zia bergeser Karena kartunya berwarna merah, ia
bingung disertai dengan keringat dingin.
"Selanjutnya" Zia mendengar suara yang akan mengoreksi bacaannya,
ia melihat sekeliling, semua orang yang disana melihatnya salah satunya
berkata "silahkan kak" dengan senyuman nya. Zia memasuki pembatasan, ia
melihat seorang ustadz berambut putih dan alisnya juga berwarna putih
beliau bertanya "siapa namanya?" Dengan mengangkat salah satu alisnya.
"LUNA...". "LUNA MAYA" katanya sambil mencari nama Zia di
buku absen. "Maaf ustadz, nama saya LUNA ZIA HAAINAYA
DHYIAULHAQ" dengan wajah tersenyum. "LUNA udah punya cowok
belum?" Wajahnya yang terlihat masih muda tetapi rambut dan alisnya
berwarna putih membuat Zia berpikir kalau ustadz ini genit. "Belum" ucap
Zia sambil menatap mata ustadz tersebut.
'ustadz nya keliatan ganteng tapi rambut sama alisnya sudah berwarna
putih, hish astaghfirullah ingat tugasmu apa Zia' itulah yang Zia pikirkan
sesaat setelah melihat wajah ustadz tersebut. "Kalau sama anak saya mau ka?"
Dengan wajah tersenyum dan tanpa mengenali Zia seperti apa terlebih
dahulu, beliau menawarkan anaknya untuk Zia.
'wahhh parah banget, anaknya ini kayaknya dagangan makanya
ditawarkan ke aku atau anaknya ini nakal, astaghfirullah pikiranku ini kenapa,
ustadz ini juga kenapa? kan tugasnya menilai sama mengetes peserta kok
malah jadi menawarkan anaknya' "Maaf ustadz, kalau soal itu saya tidak tahu,
tapi kalau bisa langsung membaca Al Qur'an saja ustadz" dengan sigap Zia
menjawabnya, dengan badan yang sudah keringat dingin karena perkataan
ustadz tersebut. "Oh iya, silahkan" jawabnya tidak luput dengan senyumannya.
"Ustadz, yang mana yang harus saya baca. Apakah yang ini?" dengan
perasaan campur aduk. "Iya yang itu" kata ustadz nya sambil mengangguk,
kemungkinan ustadz nya sudah terbiasa tersenyum manis dan berbicara
dengan lembut, karena setiap Zia berbicara dengan ustadz tersebut selalu
seperti itu.
116

