Page 101 - Gabungan
P. 101
keluarga Budiman selama lebih dari sepuluh tahun, kakaknya selalu
menyayanginya dengan tulus. Mainan baru apa pun, pasti diberikan
kepada adiknya terlebih dahulu; makanan apa pun, pasti dibagi
separuh untuk adiknya. Orang tua memujinya, tetangga memujinya,
teman-teman sekolah pun memujinya—Rudy memang meninggalkan
kesan yang sangat baik pada semua orang. Mendengar suara
merpati kecil itu, Hana Budiman tidak bisa tidur lagi. Perlahan ia
bangkit dari tempat tidur dan berjalan dengan jinjit, berusaha tidak
membangunkan Yenni di kamar sebelah. Saat ia keluar dari kamar,
dalam cahaya remang-remang, ia melihat seorang wanita berdiri di
ujung koridor, bertubuh ramping—bukankah itu Yenni?
Hana memandang Yenni, Yenni memandang Hana. Perlahan-
lahan, keduanya semakin mendekat, semakin dekat.
Seolah ada daya magnet yang sangat kuat, tiba-tiba mereka
berpelukan dan menangis tersedu-sedu!
Bai Wenying di lantai bawah mendengar tangisan itu dan langsung
bangkit dari tempat tidur, lalu bergegas naik ke atas. Melihat kedua
gadis itu menangis berpelukan, air mata Bai Wenying pun tak tertahan
lagi.
Diam-diam, Bai Wenying menyeka air matanya dan berkata, "Ayo,
turunlah, kita jalan-jalan sebentar di taman, hirup udara segar."
Saat tengah hari, Bai Wenying dan yang lain sedang makan
101

