Page 99 - Gabungan
P. 99
itu, Yenni tak bisa menahan diri:
"Lucu sekali! Kau beli?"
"Iya."
"Mahal?"
"Kau pikir, mana mungkin aku beli yang mahal? Ini kemarin waktu
mendaki gunung, kubeli di desa. Murah, cuma 2.000 rupiah. Aku
bawa ke kota dan ganti sangkarnya. Lihat, sangkarnya bagus, kan?
Harganya tujuh setengah kali lipat harga burungnya... Kau suka? Ini
khusus kubeli untukmu."
"Terima kasih!"
"Jangan lihat harganya sekarang cuma 2.000 rupiah. Ini bibit
unggul! Lihat bentuk tubuh dan warnanya—masa depannya cerah!
Temanku dulu beli tekukur murah juga, tapi bulan lalu menang lomba
di Kota Bunga. Ada yang mau beli 2 juta rupiah!" Rudy bersemangat
bercerita. "Dengarkan suara burung kita: Gurr-oo-ah-gurr... Gurr-oo-
ah-gurr...!"
"Aku tidak bisa membedakan. Aku cuma dengar gurr-gurr."
"Kau belum terbiasa. Suara tekukur yang bagus itu merdu,
berirama, dan punya variasi. Dengarkan lagi: Gurr-oo-ah-gurr... Gurr-
oo-ah-gurr...!"
"Ah, sekarang aku sedikit mengerti."
"Kau pintar!"
99

