Page 95 - Gabungan
P. 95
paruh baya itu dan istrinya datang lagi. Rudy dan Hana juga ikut.
Di depan pintu, Yenni dengan geram menghadang pasangan itu
dan menuntut:
"Kalian datang lagi! Siapa lagi yang mau kalian bawa?!"
Pria paruh baya itu tertawa terbahak-bahak. Rudy berkata, " Yenni,
ayah dan ibuku bilang: Hari ini hari Minggu, kami mengajak Yenni
bermain!"
"Ayah dan ibu bilang kau anak yang baik, Yenni!" kata Hana.
Pria paruh baya itu mengangkat Yenni dan mencium pipinya, "
Yenni, Rudy dan Hana merindukanmu. Kami semua menyayangimu!"
Perlahan-lahan, Yenni mulai menyukai pria paruh baya
bernama Untung Budiman dan istrinya yang cantik, Yati.
Patung Buddha giok itu mengingatkan Yenni pada kenangan
manis. Ia mengusap air matanya dan tersenyum pada dirinya sendiri
karena terlalu sentimental. Semakin ia memandang patung itu,
semakin ia merindukan ibunya. Biarawati tua pernah bilang, dengan
patung ini ia bisa menemukan ibunya. Tapi sudah 17 tahun berlalu,
dan ibunya masih belum ditemukan.
"Ibu... Ibu... Di mana engkau?"
Yenni berdiri di depan jendela, menatap bunga-bunga di bawahnya
dengan melamun. Pengacara Zhou Mi, Kak Wenying, dan Hana
Budiman sudah pergi bekerja. Rumah besar itu sunyi, hanya
95

