Page 98 - Gabungan
P. 98

keberanianmu dan  hadapi kenyataan!... Sekarang kondisiku sudah


            membaik. Wenhao memberiku akupunktur setiap malam. Nanti kalau


            aku sudah bisa jalan sedikit, pasti akan kujenguk kau!"


                "Terima kasih, Tuan Bai!" Yenni meletakkan gagang telepon dan


            termenung.


                "Gurr-oo-ah-gurr... Gurr-oo-ah-gurr..."


                Yenni  mengenali  suara  itu—suara  burung  tekukur  kecil.  Ia


            membuka pintu dan melihat sangkar burung cantik di ujung koridor.


            Seekor  tekukur  kecil  berwarna  perak  dengan  bintik-bintik  putih  di


            lehernya melompat-lompat lincah. Sudah 10 hari ia tak melihatnya—


            apakah burung itu sudah diberi makan dan minum?


                Sangkar itu bersih. Dua wadah kaca kecil—satu berisi air jernih,


            satu lagi berisi biji-bijian kuning. Burung itu melihat Yenni mendekat

            dan berhenti berkicau. Matanya yang kecil menatap Yenni, lehernya


            mengangguk-angguk, seolah ingin bercerita banyak.


                Yenni mengulurkan jarinya dan menggoda burung itu, "Berkicaulah!


            Kenapa diam? Ayo, berkicaulah!"


                Setelah diam sebentar,  burung itu kembali mengeluarkan suara


            merdu.


                Dari burung tekukur itu, Yenni teringat Rudy Budiman. Burung ini


            hadiah  dari  Rudy  setengah  tahun  lalu. Ia  ingat  jelas  saat  Rudy


            membawa sangkar itu padanya. Saat melihat burung kecil yang lincah

                                                            98
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103