Page 94 - Gabungan
P. 94
"Aku tidak mau diangkat anak! Kata Bibi, aku punya ibu. Aku akan
menunggu ibuku." Yenni mengeluarkan patung giok dari balik bajunya
dan menunjukkan pada Hana. "Ini peninggalan ibuku."
Malam itu, Yenni bermimpi indah. Ia bertemu ibunya. Meskipun
wajahnya tak jelas, Yenni merasa ibunya adalah wanita yang cantik,
baik hati, dan penyayang. Ia merasakan sentuhan lembut tangan
ibunya di pipinya, membuatnya nyaman. Saat bangun, ia baru
menyadari bantalnya basah oleh air mata.
Sejak saat itu, setiap kali Yenni melihat wanita cantik dan baik hati,
ia membayangkan ibunya pasti secantik dan sebaik itu.
Beberapa bulan kemudian, pria paruh baya yang mengangkat
Rudy dan istrinya yang cantik datang lagi.
"Rudy kembali!" Kabar itu menyebar cepat di seluruh panti asuhan.
Yenni keluar dan melihat Rudy mengenakan baju anak-anak bergaya
pelaut baru dan sepatu putih yang menggemaskan.
"Apakah mereka memukulmu, Rudy?" tanya Yenni.
"Ayah dan ibuku sangat baik padaku, Yenni. Hanya saja, sepulang
sekolah, kadang aku bermain sendirian, sangat membosankan!" kata
Rudy.
Tak lama kemudian, mereka pergi. Hana juga dibawa pergi. Yenni
menangis lagi.
Tidak sampai dua minggu kemudian, pada suatu Minggu pagi, pria
94

