Page 151 - Gabungan
        P. 151
     Yinmei, yang berusia 42 tahun, hamil lagi pada tahun 1955. Saat itu,
            Bai Datou gembira memeluk istrinya dan berkata,
                "Kali ini,  beri aku anak lagi, laki-laki atau perempuan,  namanya
            akan Wenjie!"
                "Perempuan juga dinamai Wenjie?" tanya Zhou Yinmei.
                "Iya. Dengarkan: Bowen, Zhongwu, Wenying, Wenxiong, Wenhao,
            Wenjie. Huruf terakhir nama mereka bisa disusun menjadi apa?"
                "Oh, 'Wǔ Yīng Xióng Háo Jié' (Pahlawan dan orang hebat)!" Zhou
            Yinmei  menatap  suaminya.  "Kamu  tidak  sekolah  tinggi,  tapi  masih
            cukup pintar juga!"
                Bai Datou tertawa terbahak-bahak.
                Tapi  manusia  berencana,  Tuhan  yang  menentukan.  Kebakaran
            hebat tahun itu tidak hanya menghanguskan gudang hasil pertanian,
            tapi  juga  merenggut  nyawa  Zhou  Yinmei  dan  Wenjie  yang  masih
            dalam kandungan delapan bulan.
                Bai Datou begitu sedih sampai tidak ingin hidup lagi. Atas nasihat
            teman baiknya, Untung Budiman, pada tahun 1956 ia menikahi Lani
            sebagai  istri  kedua.  Tak  lama,  Lani  hamil.  Bai  Datou  sudah
            mempersiapkan nama Wenjie untuk bayi itu. Tapi tahun itu juga, Lani
            tiba-tiba hilang. Rencana yang sudah disusun rapi seolah dikacaukan
            oleh takdir. Wenjie tak pernah lahir. Memikirkan ini, hati Bai Datou
            kembali perih. Dari lubuk hatinya, ia berteriak:
                                                           151





