Page 154 - Gabungan
P. 154

"Kartini, Baimei, dan Bailan baik-baik saja?"


                "Mereka baik! ... Aku bilang ke Kartini, 'Kita sibuk kerja sampai lupa


            Ayah!  Sekarang  Ayah  sedang  tidak  enak  badan,  susah  pergi  ke


            bioskop. Kenapa tidak kita belikan TV dan pemutar video terbaru biar


            Ayah bisa hiburan di rumah...'"


                "Dulu pun saat sehat, Ayah jarang nonton bioskop!"


                "Ayah ini benar-benar! Umur segini, kalau tidak menikmati hidup,


            kapan lagi?!"


                Bai  Datou  tersenyum  memandangi  putra  ketiganya.  Ia  merasa


            generasi anak-anaknya jauh lebih beruntung dibanding generasinya


            dulu. Ia tak bisa menahan diri untuk menasihati putranya yang masih


            muda itu:


                "Wenxiong,  kau  ini  besar  pasak  daripada  tiang.  Sudah  hitung

            belum, pemasukan dan pengeluaranmu seimbang atau tidak?"


                "Tenang, Ayah!"


                "Dulu waktu Ayah muda, saat berdagang hasil pertanian di desa,


            kalau lapar siang hari pun Ayah enggan beli makanan. Paling cuma


            beli sebutir telur mentah, pecahkan, lalu telan begitu saja—itu sudah


            makan siang!"


                "Ayah,  zaman  dulu  dan  sekarang  beda!  Dulu Ayah  berdagang


            mengandalkan tenaga, pakai sepeda saja sudah senang. Itu zaman


            'kaya  karena  hemat'.  Sekarang  bisnis  bergantung  pada  pesawat,

                                                           154
   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159