Page 159 - Gabungan
        P. 159
     Putra Bersatu'. Kita bicara dulu, lalu minta pendapat kakak-kakakmu
            dan keluarga seperti Zhou dan Li. Ayah sudah tua, tidak punya harta
            berharga untuk wariskan—hanya dua tanah ini dan merek kopi 'Naga
            Terbang'!"
                "Mengenang kembali, 25 tahun lalu kenapa Ayah beli dua tanah ini
            juga menarik. Wenxiong, kau masih ingat Lani? Waktu itu Wenying
            dan kau baru lima tahun, adikmu Wenhao baru tiga..."
                "Aku masih ingat sedikit, Ayah! Ayah suruh kami panggil dia 'Tante
            Lani'.  Dia  sangat  menyayangi  kami.  Aku  dan  Wenhao  berebutan
            minta  digendong.  Kadang  dia  menggendong  kami  berdua
            sekaligus..."
                "Setelah ibumu meninggal dalam kebakaran, keluarga kita diurus
            oleh  Lani.  Harta  kita  cuma  ratusan  gram  emas  yang  dikubur  dan
            sedikit uang tunai yang ibumu selamatkan dari api. Waktu itu tidak
            ada uang untuk bangun gudang besar, cuma bisa buat gudang bambu
            sederhana. Puluhan tahun Ayah berdagang hasil pertanian, pernah
            untung, tapi juga mengalami kebakaran dan perampokan beberapa
            kali.  Sejak  itu Ayah  tidak  suka  menimbun  barang.  Lebih  suka  jual
            cepat dalam jumlah kecil. Akhirnya kita beralih ke kopi—sangrai biji
            kopi, giling, lalu muncul merek 'Naga Terbang' dan 'Phoenix'. Kopi itu
            menguntungkan,  dalam  beberapa  bulan  dapat  untung  besar.  Lani
            juga semangat. Dia bilang bisa buat kerupuk udang, tapi butuh lahan
                                                           159





