Page 162 - Gabungan
P. 162
tahun sekarang! Ia yakin Lani dan anaknya akan kembali. Ia harus
sembuh. Ia harus hidup, bertahan kuat, menanti hari bahagia saat ia
bisa menyambut Lani dan Wenjie sendiri!
Dengan semangat baru, Bai Datou bangkit dari kursi malasnya,
menggenggam tongkat kayu mulberi ukiran naga, dan mondar-
mandir di ruang luas itu.
Suara klakson mobil lagi. Bai Datou melongok ke luar—dua bocah
berlari sambil berteriak: "Kakek! Kakek!" Sorot matanya berbinar: dua
bocah pintar itu adalah harta kesayangan Wenhao—Bai Dingding (8
tahun) dan Bai Dangdang (6 tahun). Bai Wenhao membawa kotak
kecil sambil berkata:
"Ayah, nanti malam aku ada urusan, jadi sekarang aku akan
melakukan akupunktur dan terapi listrik untuk Ayah."
"Baik!" jawab Bai Datou sambil berbaring di kursi malas.
"Tunggu, Kakek! Kakak dan aku mau memperlihatkan sulap kecil
dulu," kata Dangdang dengan wajah serius.
"Wah, sejak kapan kalian belajar sulap?" tanya Bai Datou sambil
tersenyum dan duduk kembali.
"Adegan apa lagi ini?" Wenhao juga tertarik.
Dingding dan Dangdang tak menjawab. Mereka berdiri sejajar di
depan kakeknya, kedua tangan mengepal seperti sedang memberi
salam tahun baru.
162

