Page 189 - Gabungan
P. 189
Orang-orang perlahan mendekati Bai Datou. Rami, istri Untung
Budiman, memeluk Bai Datou seperti memeluk ayah atau kakaknya
sendiri. Pemuda Tiongkok berusia tiga puluhan yang pernah menjadi
pria impiannya itu kini telah menjadi penyelamat hidupnya dan
suaminya. Air matanya mengalir deras, bibirnya terus mencium pipi
dan leher Bai Datou, sementara tangannya mengelus dada lebar Bai
Datou.
Orang-orang bersorak gembira, beberapa pemuda mengangkat
Bai Datou tinggi-tinggi.
……………
Untung Budiman meneguk anggur dan berkata: "Tuan Bai, saat itu
orang-orang di Desa Rahayu dan Kauman menganggapmu seperti
dewa. Mereka bilang, kau hanya perlu dua kalimat untuk mengusir
puluhan tentara Jepang yang bersenjata lengkap."
Bai Datou tersenyum dan melanjutkan: "Aku sendiri waktu itu tidak
begitu mengerti dari mana datangnya keberanian untuk menghadapi
tentara Jepang itu…"
"Oh, apa sebenarnya yang Tuan Bai katakan kepada Kapten
Yamamoto sampai dia begitu marah tapi langsung berubah seperti
beruang ketakutan?" tanya Untung Budiman.
Bai Datou mengedipkan mata dan tersenyum: "Aku juga sudah
tidak terlalu ingat. Sepertinya aku menasihatinya untuk menyisakan
189

