Page 185 - Gabungan
P. 185

melakukan  apa  saja.  Tiba-tiba,  matanya  melihat  pisau  belati  yang


            tergantung di ikat pinggang Tanaka. Sebuah ide muncul di benaknya.


                Untung Budiman masih bergerak perlahan di balik semak-semak,


            menunggu Tanaka kelelahan sebelum menyerang.


                Tanaka  yang  sedang  berkeringat  dan  bersemangat  tiba-tiba


            terkejut ketika Rami menusuk belati ke pinggangnya. Tanaka menjerit


            seperti babi hutan, melompat sambil mencabut belati berdarah dari


            pinggangnya.  Matanya  melotot,  gigi  taringnya  yang  berlapis  emas


            terlihat jelas.


                "Aku bunuh kau!"


                Tapi  sebelum  ia  sempat  bergerak,  Untung  Budiman  sudah


            melompat dengan parang dan menghujamkannya ke kepala Tanaka.


            Tanaka  menjerit  kesakitan,  memegangi  kepalanya,  lalu  limbung

            beberapa langkah sebelum jatuh ke sungai kecil. Air sungai seketika


            berubah merah.


                Rami  bangkit  dengan  susah  payah,  gemetar  sambil  memeluk


            suaminya dan menangis.


                Saat itu, petir menggelegar, hujan turun lebat. Air hujan bercampur


            air mata mengalir di pipi Rami.


                "Bagaimana ini?" Rami bertanya pelan.


                Untung melihat sekeliling. "Kuburkan dia. Jangan sampai ada jejak


            yang tersisa."

                                                           185
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190