Page 180 - Gabungan
P. 180

menyakitimu?"


                Sumiati  diam.  Bai  Datou  bingung.  Wangi  rambut  gadis  itu


            memenuhi hidungnya, dadanya terasa sesak, seolah bisa mendengar


            detak jantung Sumiati yang kencang.


                "Aku  tak  bisa  menahan  diri,  Tuan  Bai!" Sumiati  akhirnya


            bicara. "Aku masih perawan... Kau—"


                "Tenang dulu, Ti." Bai Datou pusing, tapi cepat sadar. "Aku sudah


            bilang, aku punya istri dan anak."


                "Apa  masalahnya?" Sumiati  menatapnya,  tangan  masih  erat


            memeluk pinggang Bai Datou. "Di sini, pria boleh punya empat istri!"


                "Itu  aturan  Islam. Aku  penganut  Buddha,  tidak  bisa." Bai  Datou


            melepaskan  pelukannya. "Lagipula,  aku  berencana  membawa


            keluarga ke sini."

                "Aku akan hormat pada istrimu! Aku tak akan merepotkanmu. Asal


            bisa bersamamu, status apa pun tak masalah."


                Bai Datou diam. Keberanian dan ketulusan gadis tropis terpancar


            dari Sumiati.


                "Aku tidak bisa menerima cintamu, seperti aku menolak cinta Rami


            dan gadis-gadis lain," kata Bai Datou sambil menyalakan lampu.


                "Aku jelek, Tuan Bai?" suara Sumiati sedih.


                "Tidak! Kau cantik. Di desa-desa sini, kaulah yang tercantik."


                "Kau  tidak  anggap  aku  tak  tahu  malu  datang  tengah  malam

                                                           180
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185