Page 179 - Gabungan
P. 179

lamunannya.


                "Siapa?" Bai Datou bangun, menyalakan lampu minyak.


                "Aku." Suara perempuan lemah.


                Bai Datou mengenali suara Sumiati, gadis dari desa sebelah. "Ada


            apa?"


                "Ada urusan. Tolong bukakan pintu, Tuan Bai."


                Bai Datou membuka pintu. Di bawah sinar bulan, Sumiati—gadis


            tinggi  ramping—berdiri  anggun.  Tanpa  menunggu  diizinkan,  dia


            masuk, menutup pintu, dan menggeselnya. Gerakannya halus dan


            tenang, seolah sudah biasa.


                Bai  Datou  jadi  gugup.  Mundur  ke  meja,  dia  menunjuk  bangku


            kayu. "Silakan duduk."


                Sumiati tidak duduk. Perlahan dia mendekat. Gaun merah muda

            bergaya  Barat  yang  dipakainya  memperlihatkan  leher,  rambut


            panjang  terurai  di  punggung,  lengan  cokelat  muda  yang  halus


            berkilau dalam cahaya lampu.


                "Ada apa?" tanya Bai Datou pelan.


                Sumiati terus mendekat, lalu memeluknya erat.


                "Kamu kenapa, Ti?" Bai Datou kaget.


                Sumiati tidak menjawab. Kepalanya bersandar di bahu Bai Datou,


            dia terisak pelan.


                Bai  Datou  menepuk  bahunya  lembut. "Katakan,  siapa  yang

                                                           179
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184