Page 176 - Gabungan
P. 176

tambahan uang  untuk  berobat. Sebelum meninggal, Ibu berpesan,


            ‘Nak, ingatlah kebaikan Tuan Bai! Jika ada kesempatan, ikutilah dia—


            sekalipun jadi kusir atau pelayan, setialah seumur hidup!’"


                "Aku  sendiri  orang  miskin,  jadi  punya  simpati  alami  pada


            sesama," kata Bai Datou.


                "Tuan Bai masih ingat? Dulu kau begitu populer di kalangan gadis-


            gadis!  Banyak  yang  mengirimi  kue,  telur,  buah,  bahkan


            mengambilkan air dan kayu bakar, mencuci baju, memasak. Sampai


            ada yang cemburu berebut membantumu..."


                Bai Datou bersandar di sofa, tersenyum mendengarnya.


                "Dua gadis sebayaanku dulu hampir gila karena Tuan Bai—Rami


            dari Desa Rahayu dan Sumiati dari Kauman. Keduanya cantik dan


            baik, tapi tak ada yang bisa menaklukkan hatimu."

                "Mereka tak paham situasi keluargaku..."


                "Dulu orang menduga Tuan Bai mungkin sakit, tapi melihat fisikmu


            yang gagah dan wajah tampan, jelas tak ada masalah. Mereka kagum


            pada  pengendalian  dirimu...  Sumiati  akhirnya  pergi  ke  kota  jadi


            pembantu, Rami menikah denganku. Sayang, mereka berdua hanya


            hidup sampai usia 30-an."


                Mendengar itu, Bai Datou  melihat mata Untung berbinar. Ia tak


            sadar mengangkat gelas dan meneguk besar.


                "Maaf,  Tuan  Bai...  Konon  kabarnya  Sumiati  pernah  mengetuk

                                                           176
   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181