Page 174 - Gabungan
P. 174
"Tak perlu sungkan! Kita sudah puluhan tahun bersama, seperti
keluarga sendiri!" Bai Datou meneguk anggur, lalu berkata, "Dua
puluh lima tahun lalu, kita pindah dari kampung halamanmu ke sini,
hidup bersama. Kau rela berhenti jadi sopir taksi untuk membantuku
mengurus pabrik kopi. Yati merawat Wenying, Wenxiong, dan
Wenhao seperti anak sendiri. Jujur saja, kita sudah menyatu—tak
bisa dibedakan lagi!"
"Benar, Tuan Bai!" Untung yang sudah minum segelas anggur jadi
lebih banyak bicara. "Ratusan tahun, orang Tionghoa, Arab, dan India
berkontribusi besar dalam pertukaran ekonomi-budaya dengan kami.
Di museum nasional, aku baca tahun 1406, utusan Dinasti Ming
sudah berhubungan dengan Kerajaan Majapahit di sini. Laksamana
Cheng Ho berkali-kali datang dengan kapal besar membawa porselen
dan sutra. Situs peninggalannya di Jawa jadi tempat ziarah ratusan
tahun. Hubungan persahabatan kita sudah enam abad!"
"Itu sejarah saling membantu dan belajar," kata Bai Datou.
"Banyak kerabatku bertanya, ‘Kau berteman lama dengan orang
Tionghoa, pasti tahu rahasia sukses mereka.’ Aku jawab, ‘Hanya dua
kata: rajin dan hemat!’ Rajin berarti kerja keras siang-malam, pantang
menyerah. Hemat berarti tak boros, prioritaskan tabungan. Misalnya,
orang Tionghoa dapat Rp100, meski butuh uang, hanya pakai Rp60-
70, sisanya ditabung. Ini yang sulit ditiru. Aku bilang ke mereka,
174

