Page 171 - Gabungan
P. 171

"Di mana kau menemukan jam tanganmu itu?"


                "Kalau cerita tentang jam ini kusampaikan ke Wenhao, pasti dia


            bisa buat cerita yang menarik," Untung mulai bersemangat.


                Bai Datou tersenyum: "Cerita menarik apa? Coba ceritakan."


            Untung meneguk anggurnya, lalu berkata:


                "Tuan Bai, orang tua seperti kita biasanya tidak gonta-ganti barang.


            Jam tanganmu sudah puluhan tahun tidak diganti, jam Swissku juga


            lebih dari 30 tahun. Kalau bukan karena jatuh saat mandi, aku tak


            akan membuangnya. Tuan  Bai tahu, Yenni pernah memberiku  jam


            kuarsa Jepang merek Kasho, katanya punya banyak fungsi: tanggal,


            bulan, hari, detik berdetak jelas, bunyi setiap jam, bahkan bisa jadi


            alarm dengan empat melodi. Yenni bilang sekarang jam kuarsa sudah


            murah. Bagiku, yang penting nyaman dipakai. Tiga bulan lalu, di hari

            Minggu, aku berjalan di samping Taman Banteng. Tiba-tiba ada yang


            menarik  tanganku.  Seorang  pemuda  berwajah  kasar  berdiri  di


            sampingku, menggenggam jamku. Aku terkejut, dia langsung meninju


            perutku.  Beberapa  pedagang  kecil  berteriak,  'Paman,  lari!'  Aku


            berpikir, aneh, perampok tidak lari, malah yang dirampok disuruh lari?


            Lagipula, buat apa lari? Jika dia mau pukul lagi, tinggal kejar. Aku


            hanya  berjalan  perlahan.  Hari  Minggu  tidak  ada  polisi,  teriak  pun


            percuma. Beberapa hari kemudian, aku ke toko Casio untuk beli jam


            yang sama, harganya Rp25.000, cukup murah. Itu pun tinggal satu,

                                                           171
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176