Page 210 - Gabungan
P. 210
jalan, dan di antara kerumunan itu terlihat seorang gadis bertubuh
jenjang—bukankah dia Sri Rahayu, perawat kepala sementara ruang
gawat darurat Rumah Sakit Angkatan Darat Ibu Kota? Yenni
mengenalinya dan berteriak,
"Kak Sri!"
Su Wenbin mengurangi kecepatan mobil. Sri Rahayu juga
mengenali mereka dan berteriak, "Kakak Yenni! Kepala Insinyur Su!"
Su Wenbin menghentikan mobil. Dia dan Yenni turun. Hana
Budiman mendengar suara itu dan buru-buru bangun, lalu ikut turun.
"Kak Sri, kenapa kau sampai di sini?" tanya Yenni.
"Mobil ini rusak, aku tidak bisa pulang ke Desa Kauman. Jalan ke
sana sepi, kendaraan yang lewat sangat sedikit," jawab Sri Rahayu.
"Silakan naik! Kami akan mengantarmu pulang," kata Su Wenbin.
"Kalian mau ke mana?"
"Kota Anggrek."
"Itu tidak searah! Ke Kota Anggrek lurus, sementara ke desaku,
Kauman, belok ke arah tenggara," kata Sri Rahayu dengan ragu,
"Kalau begitu, kalian harus menempuh lebih dari 30 kilometer ekstra!"
"Tidak apa-apa, hanya setengah jam perjalanan," kata Su Wenbin.
"Ayo naik, Kak Sri!" Yenni menarik tangan Sri Rahayu, "Sudah
diperintah 'sais'-nya, kita sebagai penumpang hanya bisa patuh. Tuan
Su, bolehkah kami bertiga duduk di baris belakang?"
210

