Page 212 - Gabungan
P. 212

yang mengenalinya!"


                "Eti Budiman adalah sepupuku," kata Hana Budiman.


                "Sepupumu?" tanya Su Wenbin.


                "Dia  adalah  keponakan  ayah  angkatku,  Untung  Budiman.


            Orangtuanya sudah meninggal sejak kecil, jadi dia dibesarkan oleh


            ayah  angkatku.  Edi  sejak  kecil  nakal,  tidak  suka  belajar,  suka


            memukul, mencuri, sulit diatur, dan sering berkeliaran di luar. Ayah


            dan ibu angkatku sangat kecewa, akhirnya mereka mengadopsi Rudy


            dan  aku  dari  Panti  Asuhan  Santa  Carlos.  Edi  sudah  lama  tidak


            berhubungan dengan kami. Menurut ayah angkatku, Edi kemudian


            masuk  tentara  dan  sedikit  berubah  lebih  baik.  Tapi  sekarang  dia


            malah menjadi pembunuh, benar-benar 'air beriak tanda tak dalam'!"


            kata Hana Budiman dengan geram.

                "Kak Sri, apa latar belakang kejadian ini?" tanya Su Wenbin.


                "Konon,  ini  bermula  dari  pemilihan  kepala  desa.  Desa  Kauman


            kami dan desa-desa sekitarnya, termasuk Desa Rahayu, bergabung


            menjadi  satu  kecamatan.  Setelah  kepala  desa  lama,  Haji  Usman,


            meninggal  karena  sakit,  diadakan  pemilihan  kepala  desa  baru.


            Kakakku, Hariyanto, dan Edi Budiman sama-sama bertugas di militer


            dan menjadi calon kuat. Hasilnya, kakakku yang terpilih, tapi belum


            sempat dilantik.  Konon,  Edi Budiman meminjam uang  ratusan juta


            rupiah  untuk  biaya  kampanye  dan  tidak  bisa  mengembalikannya.

                                                           212
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217