Page 216 - Gabungan
P. 216

perban putih. Sri Rahayu membalut luka anak itu seadanya. Sang ibu


            bergumam lesu,


                "Suamiku  sudah  meninggalkanku  dan  menikah  lagi. Aku  hanya


            punya satu anak ini!"


                "Ibu, tenanglah!" kata Sri Rahayu, "Peluk erat anakmu!"


                Setelah mengantar anak itu ke puskesmas, mereka melanjutkan


            perjalanan mengantarkan Sri Rahayu ke Desa Kauman. Ketika tiba di


            Kota Anggrek, sudah  pukul 8 malam. Mereka menemukan sebuah


            hotel berbintang di tempat yang sepi. Hotel motel yang luas itu terdiri


            dari belasan rumah kecil, masing-masing memiliki dua kamar. Koridor


            kamarnya  dipisahkan  oleh  dinding  pendek  berukir—benar-benar


            desain yang unik.


                Su  Wenbin, Yenni,  dan  Hana  Budiman  mandi  lalu  pergi  makan

            malam  di  restoran  kota.  Mereka  membawa  beberapa  durian


            berkualitas  dan  meletakkannya  di  atas  dinding  pendek  berukir  di


            koridor.


                "Insinyur besar, kalau kau ingin tahu cara mencuci tangan setelah


            makan  durian,  lihat  saja  aku. Aku  akan  mengajarmu  gratis,"  kata


            Hana Budiman.


                "Baik!"


                Dengan lihai, Hana Budiman membuka durian yang sudah dibelah.


            Aroma  harum  segera  memenuhi  udara.  Sambil  mengupas,  dia

                                                           216
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221